Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Dihindari, Benarkah Micin Tidak Sehat untuk Tubuh?

Kompas.com - 08/02/2022, 11:24 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Tetapi beberapa ahli gizi tetap tidak sependapat, termasuk saat iklan email yang disponsori produsen MSG Ajinomoto dikirim kepada anggota Academy of Nutrition and Dietetics.

Iklan itu berisi dorongan agar para konsumen untuk menggunakan micin sebagai penyedap rasa pengganti garam.

Penelitian seputar MSG

Pada kenyataannya, banyak penelitian awal tentang micin memiliki kekurangan secara signifikan.

Menurut sebuah studi tahun 2020 sebagian besar penelitian yang menunjukkan efek berbahaya MSG, penuh dengan desain yang kurang elok, dan ukuran sampel yang kecil.

Banyak penelitian juga memberi subjek jumlah micin yang sangat tinggi, dan tidak sesuai dengan takaran dalam makanan normal.

Lebih banyak penelitian terbaru justru mengemukakan temuan yang berbeda dan jauh lebih positif.

Bahkan Food and Drug Administration (FDA) AS berani memasukkan MSG dalam kategori Generally Recognized As Safe atay GRAS.

GRAS merupakan pernyataan aman bagi bahan tambahan pangan -termasuk pemanis buatan- untuk ditambahkan ke dalam produk pangan sesuai jumlah CPPB.

FDA menyatakan, sains belum mampu secara konsisten mengungkapkan pemicu gejala buruk dari konsumsi micin.

Menariknya, pernyataan FDA itu berlaku juga untuk orang-orang yang mengaku sensitif terhadap MSG.

Lebih lanjut, sebuah tinjauan sistematis tahun 2016 dalam Journal of Headache Pain tidak menemukan korelasi antara makanan tinggi MSG dengan sakit kepala.

Walau beberapa klaim soal MSG, misalnya dapat menyebabkan kematian sel-sel otak, bukti ilmiah menunjukkan bahwa micin tidak melewati sawar darah-otak.

Baca juga: Benarkah MSG Membahayakan Kesehatan?

Ada pun penambahan berat badan yang disebut sebagai masalah yang dipicu MSG, tidak sepenuhnya jelas berdasar penelitian ini.

Menurut ulasan tahun 2019, beberapa penelitian melaporkan makanan tinggi micin dapat meningkatkan rasa lapar, bahkan meningkatkan obesitas. Namun yang lain menunjukkan efek sebaliknya.

Faktor penentu apakah micin membuat seseorang lebih kenyang atau lebih lapar mungkin disebabkan oleh kandungan makronutrien dari makanan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com