Selama enam minggu pertama kehamilan, jantung bayi mulai terbentuk dan berdetak.
Pembuluh darah utama yang mengalir ke dan dari jantung juga mulai berkembang selama fase ini.
Pada periode inilah terjadi ketidaksempurnaan yang membuat jantung buah hati kita tidak terbentuk seperti seharusnya.
Sampai saat ini, para peneliti tidak yakin persis apa yang menyebabkan cacat jantung tersebut.
Namun ada sejumlah faktor yang diperkirakan berpengaruh seperti genetika, kondisi medis tertentu, konsumsi obat tertentu, dan faktor lingkungan.
Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko bayi mengalami Penyakit Jantung Bawaan (PJB) antara lain:
Terinfeksi virus Rubella ketika hamil dapat menyebabkan masalah pada perkembangan jantung bayi.
Umumnya dokter akan menguji kekebalan kita sebelum menjalani program kehamilan dan memberikan vaksinasi jika diperlukan.
Penderita diabetes juga memiliki risiko melahirkan bayi dengan cacat jantung khususnya jika kadar gulanya tak terkontrol selama hamil.
Namun diabetes yang berkembang selama kehamilan (diabetes gestasional) umumnya tidak meningkatkan risiko bayi mengalami cacat jantung.
Baca juga: Cara Mencegah Berbagai Gangguan Jantung di Usia 20-an
Konsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan dapat menyebabkan cacat lahir, termasuk cacat jantung bawaan.
Obat-obatan yang diketahui meningkatkan risiko cacat jantung bawaan termasuk penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE), statin, obat jerawat isotretinoin, beberapa obat epilepsi dan obat kecemasan tertentu.
Konsumsi alkohol dan merokok selama kehamilan meningkatkan risiko cacat jantung bawaan.
Hentikan kebiasaan buruk ini selama hamil agar kesehatan kita dan buah hati terjaga.
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) terkadang diturunkan dalam keluarga (diwariskan) dan mungkin terkait dengan sindrom genetik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.