Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Amerika Latin Pencipta Vaksin Covid-19 Mendapat Nominasi Nobel

Kompas.com - 09/02/2022, 07:42 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber NBC News

"Faktanya saya terkejut, tidak bisa berkata-kata," tutur sang ilmuwan.

"Tetapi kami sangat senang dan bersyukur, karena mereka sudah memikirkan kami menandakan kami sudah menjadi pemenang."

Sejauh ini, strategi pemberian vaksin Covid-19 pada seluruh populasi di dunia berjalan lambat.

Sekitar 59 persen populasi dunia baru menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19, menurut data yang dikeluarkan Our World in Data.

Our World in Data merupakan sebuah inisiatif Oxford University yang menganalisis laporan pemerintah secara global.

Yang mengkhawatirkan, di negara-negara berpenghasilan rendah, penduduk  yang sudah menerima dosis vaksin masih kurang dari sembilan persen.

Ketimpangan dalam distribusi vaksin menyebabkan pergolakan besar di antara kelompok aktivis, gerakan politik, dan pejabat tinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pada Desember lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan "tidak ada keraguan, ketidaksetaraan dalam distribusi vaksin telah menyebabkan banyak kematian."

Baca juga: Peneliti Texas Kembangkan Vaksin Covid-19 Murah dan Mudah Diproduksi

Langkah awal yang dilakukan Bottazzi beserta tim

Sejak awal pandemi, Bottazzi dan timnya memutuskan untuk menggunakan pengetahuan yang mereka dapat guna mengembangkan obat yang gratis bagi semua orang.

"Semua orang berbicara tentang kesetaraan, tetapi tidak ada yang melakukan apa pun," terang wanita itu.

"Itulah mengapa kami menciptakan Corbevax, meskipun kami adalah tim kecil dan membutuhkan waktu lebih lama daripada laboratorium besar."

"Tetapi kami mengetahui vaksin itu tidak akan memadai dibanding proyek-proyek perusahaan multinasional."

"Jika kami memperhitungkan dosis vaksin pertama dan kedua ditambah dosis booster dan dosis anak, kita masih kekurangan 9.000 juta dosis," tambahnya.

Selama beberapa tahun, Bottazzi dan timnya berfokus pada pembuatan vaksin untuk penyakit yang jarang diperhatikan seperti schistosomiasis (parasit usus) dan penyakit Chagas.

Lebih dari satu dekade lalu, mereka mulai meneliti virus corona, jauh sebelum pandemi mengganggu sistem kesehatan di seluruh dunia.

Tim Bottazzi mulai mengembangkan vaksin untuk virus corona seperti sindrom pernapasan akut parah atau SARS, dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS), sampai dana yang mereka kumpulkan habis.

"Tujuan kami adalah selalu mengembangkan dan memproduksi vaksin yang murah dan tahan lama untuk berkontribusi pada kesehatan global," papar Bottazzi.

Ketika Covid-19 mulai melanda ke seluruh dunia, para peneliti sudah mengetahui kemajuan teknologi yang dapat membantu menghasilkan obat untuk memerangi virus tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com