Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Impostor Syndrome: Ketika Kita Merasa Tak Memiliki Kemampuan

Kompas.com - 09/02/2022, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti & Ristiana D Putri

PERCAYA pada kemampuan diri merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang. Dengan begitu, kita bisa mengembangkan potensi untuk bekal di masa depan.

Namun ternyata, ada satu kondisi psikologis yang membuat manusia tak memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya. Fenomena itu dikenal dengan istilah impostor syndrome.

Menurut artikel jurnal berjudul "Impostor Phenomenon, Self-Esteem, dan Self-Efficacy" oleh Wulandari dan Tjundjing, impostor syndrome adalah istilah untuk orang yang merasa telah "menipu" orang lain.

Sindrom ini membuat penderitanya selalu merasa dirinya kurang memiliki kemampuan ataupun kepandaian dalam melakukan segala hal.

Bahkan, kesuksesan yang diraih hanya dianggap sebagai keberuntungan semata.

Bisa dikatakan, kondisi psikologis ini membuat seseorang memiliki kepercayaan yang sangat rendah terhadap diri sendiri.

Berawal dari pencapaian tinggi

Penelitian oleh Clance dan Imes (1984) dalam artikel jurnal serupa menemukan bahwa perasaan individu sebagai seorang impostor (penipu) semakin bertumpuk ketika memiliki pencapaian akademik yang tinggi.

Orang itu justru takut bahwa kemampuan yang dimiliki tak seperti ekspektasi orang lain.

Selain itu, tuntutan yang berlebih dari orang lain juga bisa menimbulkan impostor syndrome.

Ketika seseorang dipuji terus-menerus karena memiliki nilai yang bagus, ia justru semakin meragukan kemampuannya. Orang itu takut apabila sewaktu-waktu kemampuannya hilang dan pujian itu terhenti.

Tanda-tanda penderita sindrom ini biasanya berupa kecemasan, baik trait anxiety maupun state anxiety, depresi, hingga takut akan kegagalan.

Selain itu, mereka juga sangat peduli pada kesalahan kecil, malu apabila gagal, memiliki harga diri yang rendah, dan menolak bukti objektif kesuksesan mereka.

Lima tipe Impostor Syndrome

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com