"Walaupun saat ini sudah ada program deteksi dini untuk kanker, secara khusus untuk kanker paru memang belum ada," tambah dr. Else.
Karenanya, dia mengungkapkan bahwa pemerintah berupaya menjalankan program pengendalian tembakau dan rokok yang menjadi salah satu faktor utama kanker paru.
Namun dengan prevalensi perokok aktif sebesar 33.6 persen atau 1/3 dari seluruh populasi dewasa, dibutuhkan kerja sama berbagai pihak.
“Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan nyata dalam perawatan kanker telah berhasil dicapai, mulai dari skrining, diagnosis hingga pengobatan," ucap dr. Else.
“Kami mengapresiasi kolaborasi bersama dalam mengedukasi masyarakat dan membangun ekosistem tata laksana perawatan kanker yang lebih menyeluruh," tambah dia
"Dengan begitu, diharapkan juga dapat terbangun keyakinan dan kepercayaan masyarakat untuk melakukan pengobatan kanker paru di Indonesia,” pungkas dr. Else.
Baca juga: Tak Merokok Tetap Berisiko Terkena Kanker Paru, Kok Bisa?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.