Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Tirta Akdi Toma Mesoya Hulu
Pengajar IT dan Penulis Novel

Pengajar IT dan Penulis Novel. Pengajar senior di CEP-CCIT Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Alumni Fasilkom Universitas Indonesia. Mantan Coordinator Volunteer Asian Para Games 2018 dan Penyiar Radio.

Telah menekuni hobi menulis sejak 2011 dan telah menulis sejumlah novel di beberapa platform digital, memiliki kegemaran memperhatikan tren di sosial media terutama yang berkaitan dengan sudut pandang generasi milenial dan Gen-Z.

Meragukan Kemampuan Diri, Hati-hati Impostor Syndrome

Kompas.com - 13/02/2022, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SIAPA yang tidak ingin mencapai kesuksesan dalam hidup mereka? Kita semua tentunya ingin merasakan momen tersebut.

Namun, bagaimana ketika kita mencapai kesuksesan, bukan perasaan senang atau bangga yang kita rasakan, melainkan perasaan “tidak pantas”.

Terasa familiar? Mungkin kamu mengalami Impostor Syndrome.

Mengenal Impostor Syndrome

Impostor Syndrome adalah fenomena psikologis di mana seseorang secara internal memercayai bahwa dirinya tidak kompeten seperti yang orang lain pikirkan.

Pengertian ini biasanya dikaitkan pada kecerdasan dan pencapaian semata. Hal ini sebenarnya terkait dengan sikap perfeksionis dan juga berhubungan dengan konteks sosial.

Impostor Syndrome dikenal juga dengan istilah sindrom penipu atau fraud syndrome. Namun, Impostor Syndrome bukanlah penyakit mental.

Seseorang yang mengalami hal ini biasanya akan menganggap pencapaian yang ia dapatkan bisa jadi karena keberuntungan semata.

Mereka tidak memercayai kesuksesan yang mereka raih karena usaha mereka sendiri, meski orang lain sudah mengakui pencapaian tersebut.

Selanjutnya, seseorang yang mengalami sindrom ini akan merasa takut jika orang lain pada akhirnya menyadari hal yang sama seperti yang ia yakini.

Akibatnya, kita akan memaksa diri untuk bekerja lebih keras dan menuntut kesempurnaan atas setiap pekerjaan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke