Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bernapas Melalui Hidung Ternyata Memengaruhi Hidrasi Kulit

Kompas.com - 14/02/2022, 11:23 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menjaga tingkat hidrasi kulit sangatlah penting agar lapisan terluar tubuh kita terasa kenyal dan bebas dari kusam.

Sayangnya, paparan sinar UV, produk kosmetik yang mengandung deterjen, hingga kurangnya minum air putih bisa memengaruhi kondisi ini.

Selain faktor-faktor di atas, ternyata cara kita bernapas juga dapat berdampak pada tingkat hidrasi kulit.

Singkatnya, saat kita bernapas melalui hidung yang menjadi saluran udara masuk ke paru-paru, hidung akan bertindak sebagai filter.

Rambut di dalam hidung berfungsi untuk menyaring udara setiap kali kita menarik napas sehingga menghalangi debu dan bakteri masuk ke paru-paru.

Akan tetapi, tidak jarang kita bernapas melalui mulut yang tidak memiliki sistem penyaringan seperti hidung.

Menurut Cynthia Bailey, MD, pendiri Dr. Bailey Skin Care, udara yang masuk itu bisa membuat kekeringan dan pada akhirnya mengakibatkan dehidrasi.

Penelitian mendapati bahwa saat udara kering masuk ke paru-paru tanpa penyaringan, kadar air di tubuh seseorang akan hilang sebanyak 42 persen.

Inilah yang menjadi jawaban mengapa saat bangun di pagi hari, kondisi mulut kita menjadi kering dan bibir pecah-pecah, terutama jika tertidur dengan mulut terbuka.

Baca juga: Mana Lebih Baik, Bernapas Melalui Hidung atau Mulut?

Menjaga kadar air dalam tubuh

Penelitian menunjukkan hidrasi di dalam tubuh dapat memengaruhi tingkat kelembapan dan kekenyalan kulit.

Sayangnya hubungan kedua hal itu masih masih belum terlalu jelas sehingga kita tetap disarankan meminum lebih banyak air agar kulit terhidrasi.

"Meskipun tidak ada data langsung yang mengkorelasikan statistik khusus ini, kami tahu transepidermal water loss (TEWL) berdampak pada kemampuan pelindung kulit dan fungsinya," jelas dermatolog, Keira Barr, MD.

"Hal ini dapat berkontribusi pada peradangan, kemerahan, dan iritasi," tambahnya.

Sementara itu data lain yang menunjukkan bahwa pernapasan mulut berhubungan dengan asma, alergi kulit, dan eksim.

Orang-orang dengan kondisi ini rentan terhadap peningkatan TEWL, kulitnya bisa kering, apalagi saat malam hari kulit lebih berpori sehingga tingkat air bisa berkurang.

"Pernapasan mulut tidak hanya mengeringkan mulut, tetapi juga menghilangkan garis pertahanan pertama melawan bakteri mulut," catat Barr.

"Ini tidak hanya membuat bau mulut dan kerusakan gigi, tetapi juga dapat berdampak pada mikrobioma usus di bagian hilir," lanjutnya.

"Karena mulut adalah pintu gerbang kesehatan usus dan kita tahu betapa erat hubungan kesehatan usus dan kesehatan kulit," tambah dia.

Perlu diketahui bahwa pernapasan mulut juga dapat menyebabkan kualitas tidur yang buruk.

Alasannya adalah, saat tidur lidah menyentuh langit-langit mulut bagian atas sehingga menghalangi jalan napas dan membatasi jumlah oksigen masuk ke paru-paru.

Padahal selama siklus tidur malam hari, ada lonjakan besar human growth hormone (HGH) yang mampu membangun kembali jaringan tubuh.

HGH juga dapat memacu peningkatan produksi sel untuk menggantikan sel-sel yang rusak sepanjang hari.

Akibatnya, jika kita tidak cukup tidur, sel-sel kulit tidak beregenerasi dan akan terjadi penumpukan sel-sel yang rusak.

Apabila kondisi ini dibiarkan pada akhirnya kulit kita akan terlihat kusam, terasa kering, dan keras.

"Serum dan losion dapat menyerap hingga ke dalam kulit dan mengatasi kondisi kulit di bagian permukaan," ujar Barr.

Baca juga: Yuk, Pelajari Teknik Bernapas yang Lebih Sehat

Bernapas agar kulit terhidrasi

Secara teori, bernapas melalui hidung memungkinkan kita untuk mempertahankan lebih banyak oksigen.

Hal ini tentunya sesuai dengan "impian" kita untuk menjaga tingkat hidrasi kulit dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

"Udara harus masuk melalui saluran udara. Partikulat akan dihilangkan, menambah kelembapan, jadi saat mencapai paru-paru dapat menyerap lebih banyak oksigen dengan lebih efisien," kata James Nestor, penulis buku "New York Times Breath: The New Science of a Lost Art".

"Anda bisa mendapatkan lebih banyak oksigen dengan lebih sedikit napas. Dan semakin banyak oksigen yang dimiliki sel-sel kulit Anda, semakin cerah kulitnya."

Sementara itu, pernapasan hidung juga menyebabkan pelepasan oksida nitrat, yang berperan meningkatkan sirkulasi dan mengantarkan oksigen ke dalam sel.

"Nitric oxide sangat penting untuk meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi ke kulit untuk cahaya yang lebih cerah," kata Barr.

Mackenzie merekomendasikan bernapas melalui hidung setidaknya 80 persen sehari termasuk selama berolahraga.

Selain menjaga tingkat hidrasi secara normal, teknik pernapasan -seperti pernapasan diafragma, lubang hidung alternatif, dan pernapasan perut- dapat meningkatkan kesehatan kulit.

"Bernapas perlahan, dalam, dan penuh perhatian mengaktifkan sistem saraf parasimpatis," kata Barr.

Dia menyebut hal ini membantu meredakan peradangan, meredakan ketegangan, dan meningkatkan aliran darah ke kulit.

"Pernapasan dalam juga merangsang sistem limfatik untuk membantu kulit mengeluarkan racun, pembengkakan, dan peradangan, sehingga meminimalkan kemungkinan munculnya jerawat dan penampilan kusam atau pucat," katanya.

Baca juga: Teknik Bernapas yang Benar Saat Berolahraga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com