Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Kesepian pada Individu Dewasa Muda dan Mindfulness sebagai Pelindung Diri

Kompas.com - 14/02/2022, 14:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Winda Widya Hasanah, Roswiyani, dan Riana Sahrani

Pandemi Covid-19 menyebabkan pemerintah harus melakukan pembatasan sosial sejak Maret 2020, saat pertama kali kasus COVID-19 muncul di Indonesia, mulai dari sebutan Pembatasan Sosial Berskala Besar, lalu pada awal Januari 2021 berubah menjadi Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Kebijakan tersebut menyebabkan sebagian kegiatan harus dilakukan dari rumah. Segala tempat wisata dan rekreasi masyarakat harus ditutup serta pembatasan interaksi sosial antarindividu.

Kebijakan pembatasan sosial merupakan upaya yang sangat penting dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang sangat cepat.

Namun hal ini tidak mudah dan berdampak pada masalah psikologis individu, termasuk kesepian.

Menurut Brooks, dkk pada tahun 2020 dalam jurnal Lancet, situasi pandemi Covid-19 menyebabkan individu harus mengurangi kegiatan sosial yang biasa dilakukan.

Hal ini juga berdampak pada kebosanan, frustasi, dan perasaan terisolasi dari dunia sekitarnya.

Survei yang dilakukan oleh Into the Light (komunitas pencegah bunuh diri di Indonesia) pada Mei hingga Juni 2021 menemukan 98 persen dari 5.211 partisipan merasa kesepian.

Peningkatan kesepian karena situasi yang disebabkan Pandemi Covid-19 tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara di dunia.

Bahkan di Amerika, pandemi Covid-19 disebutkan memperparah epidemic loneliness. Sebutan epidemic loneliness diberikan oleh perusahaan pelayanan kesehatan di Amerika yang bernama Cigna, karena di Amerika telah terjadi peningkatan perasaan kesepian yang tidak terduga setiap tahunnya.

Selanjutnya survei yang dilakukan oleh Weissbourd, Batanova, Lovison, dan Torres pada tahun 2020 yang mewakili komunitas Harvard Graduate School of Education dalam proyek Making Caring Common di Amerika yang telah berdiri sejak tahun 2013 menemukan bahwa 36 persen partisipan mengalami kesepian serius.

Sebanyak 61 persen di antaranya merupakan dewasa muda.

Individu yang merasakan kesepian serius sering merasa bahwa tidak ada orang yang tulus peduli dengan dirinya dan berkaitan dengan self-deating di mana perasaan individu yang merasa kesepian menyebabkannya menarik diri dari situasi sosial.

Mengapa hal tersebut dapat terjadi?

Jika dilihat dari definisi kesepian, menurut Anne Peplau dan Daniel Perlman, seorang pakar psikologi sosial dari Amerika dalam ensiklopedia kesepian yang dipublikasikan pada tahun 1998 menyebutkan, kesepian merupakan perasaan subjektif individu akan pengalaman hubungan sosialnya yang dirasa tidak menyenangkan dan kurang memuaskan dibandingkan hubungan sosial yang diinginkan oleh individu secara kuantitas dan kualitasnya.

Individu dapat merasakan kesepian secara emosional yang berarti individu tidak puas akan hubungan intimacy atau hubungan dengan orang terdekat (seperti pasangan, sahabat, keluarga), ataupun kesepian secara sosial, yaitu individu tidak puas akan hubungan sosial yang lebih luas (teman, kolega, dan orang di lingkungan sekitar).

Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa kesepian merupakan perasaan subjektif individu yang merasa tidak puas karena kebutuhan akan hubungan sosialnya tidak terpenuhi.

Situasi Pandemi Covid-19 menyebabkan hubungan sosial antar individu berkurang sehingga hal ini berdampak pada peningkatan kesepian individu terutama individu dewasa muda.

Berdasarkan teori tahapan psikososial Erik Erikson, individu dewasa muda sedang dalam tahap intimacy vs isolation.

Jika kelekatan hubungan itu didapatkan, maka tahapan psikososial individu dewasa muda akan terpenuhi. Sedangkan jika tidak, maka individu akan merasa terisolasi.

Jika dilihat dari aspek kognitif, individu yang kesepian memiliki distorsi kognitif yang menyebabkan individu memandang dunia sosialnya sebagai dunia yang mengancam.

Ia membayangkan interaksi sosial yang lebih negatif dan mengingat lebih banyak informasi sosial negatif berdasarkan pengalaman dirinya atau informasi negatif yang didapat dari pengalaman orang lain atau disebut bias negatif.

Hal tersebut kemudian membuat individu yang mengalami kesepian menarik diri dari interaksi sosial dengan orang lain sehingga menyebabkan individu semakin kesulitan untuk melibatkan diri pada hubungan sosial, merasakan kecemasan sosial dan merasa kesepian yang semakin dalam.

Oleh karena itu, jika individu tidak berusaha untuk mengatasi hal ini, maka perasaan kesepian tersebut dapat semakin parah dan melibatkan individu pada perilaku yang membahayakan kesehatan dirinya.

Berdasarkan penelitian Varga, dkk pada tahun 2021 dalam The Lancet Regional Health - Europe, kesepian disebutkan memiliki dampak pada masalah psikologis, yaitu depresi dan kecemasan termasuk social anxiety disorder.

Hal ini sejalan dengan temuan studi yang dilakukan oleh Matthews, dkk pada tahun 2018 pada psychological medicine bahwa individu dewasa muda yang merasa kesepian berdampak pada perilaku yang membahayakan kesehatan fisiknya.

Ia menggunakan lebih banyak strategi negatif dalam mengatasi stres seperti meminum alkohol untuk mengatasi masalah, penyalahgunaan obat-obatan, dan keinginan untuk menyakiti diri atau mengakhiri hidupnya.

Selain itu, dampak lainnya, yaitu individu yang merasa kesepian kurang yakin dengan prospek pekerjaan mereka dan lebih cenderung kehilangan pekerjaan.

Lalu bagaimana cara mengatasi kesepian?

Kesepian dapat semakin berkurang apabila individu mampu memulai sebuah interaksi dan hubungan sosial.

Namun, karena orang kesepian memiliki distorsi kognitif yang menyebabkannya menarik diri dari kehidupan sosial, maka mindfulness dapat membantu individu mengurangi perasaan kesepian dengan meningkatkan fungsi kognitifnya dan mencegah distorsi kognitif tersebut.

Mindfulness merupakan keadaan di mana diri kita berusaha untuk sadar dan membawa perhatian penuh pada apapun kegiatan yang kita lakukan, berfokus pada keadaan saat ini dengan perasaan menerima dan tidak menghakimi pada kondisi tersebut.

Studi yang dilakukan oleh Lindsay, dkk pada tahun 2019 yang menerapkan intervensi mindfulness pada orang dewasa untuk mengurangi perasaan kesepian dan meningkatkan interaksi sosial, hasilnya mindfulness membantu kesepian yang dirasakan menurun dan lebih terlibat dengan interaksi sosial.

Mindfulness dapat membantu individu kesepian melalui:

1. Fokus atensi pada kondisi saat ini, individu berusaha untuk membawa atensinya pada dirinya dan lingkungannya, tidak pada pikirannya yang berkaitan dengan pengalaman atau informasi negatif dari kondisi di masa lalu.

Oleh karena itu, mindfulness mampu membantu individu untuk melepaskan pikirannya dari segala kemungkinan interaksi dan respons sosial yang negatif dari orang lain.

2. Menerima tanpa menghakimi, mindfulness membantu individu berdamai dengan kesepian dengan menggunakan penerimaan.

Setelah individu meningkatkan fungsi kognitifnya melalui fokus pada kondisi saat ini, individu meningkatkan penerimaan tanpa menghakimi apa yang terjadi pada dirinya.

Hal ini mengurangi reaktivitas emosi berdasarkan informasi negatif, termasuk peristiwa negatif di masa lalu.

Penerapan mindfulness yang dapat dilakukan (berdasarkan inspirasi dari tokoh mindfulness, Kabat -Zinn) adalah sebagai berikut:

1. Individu dapat mulai duduk nyaman (posisi duduk sesuaikan dengan kenyamanan diri, rileks, dan boleh sambil menutup mata agar lebih mudah fokus, boleh sambil melakukan butterfly hug pada diri, yaitu dengan menyilangkan tangan kearah bahu.

2. Selanjutnya, fokuskan atensi pada kondisi saat ini melalui pernafasan dan rasakan sensasinya pada tubuh, tarik nafas panjang dan membuangnya perlahan.

Rasakan setiap tarikan dan hembusan nafas, nikmati setiap oksigen yang dapat kita hirup, tahan dalam hitungan ketiga buang perlahan.

3. Ketika sebuah pikiran ataupun emosi hadir, perlahan fokus pada nafas akan mulai berkurang, cukup sadari dan menerima tanpa menghakimi pikiran dan emosi tersebut.

Secara perlahan berusaha kembalikan fokus dan atensi pada kondisi saat ini (mulai dari pernafasan), dan bisa lakukan kembali tahapan sebelumnya. Jika melakukan butterfly hug dapat sambil menepukkan tangan ke area bahu.

4. Selanjutnya, berikan kata-kata positif pada diri seperti berterima kasih atas usaha kebaikan yang dilakukan untuk diri, terima kasih atas nafas yang dirasakan. Silakan lakukan self-talk dengan kata-kata yang baik seperti kita bicara kepada orang yang disayangi.

Jika masih memiliki pertanyaan terkait kesepian dan mindfulness atau kesulitan dengan cara menerapkan mindfulness, silakan hubungi psikolog profesional.

Anda juga bisa membaca buku atau menonton video tutorial mengenai cara melakukan meditasi mindfulness yang benar.

*Winda Widya Hasanah (Mahasiswa Magister Psikologi, Universitas Tarumanagara)
*Roswiyani dan Riana Sahrani (Dosen Magister Psikologi, Universitas Tarumanagara)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com