KOMPAS.com - The Tinder Swindler menyajikan praktik manipulatif, love bombing yang memakan korban sejumlah wanita.
Pelakunya, Simon Leviev menerapkan taktik ini agar korbannya terlena sehingga akhirnya mudah ditipu.
Baca juga: Mengenal Sosok Simon Leviev, Penipu Cinta di The Tinder Swindler
Love bombing merupakan termasuk hal paling menakutkan yang bisa terjadi saat berkencan atau dilakukan pasangan kita.
Pelakunya biasanya merupakan narsisis, pelaku kekerasan, penipu atau pribadi bermasalah lainnya.
Sayangnya, praktik love bombing sangat sulit dideteksi dan dicegah ketika terjadi pada kita.
Love bombing terjadi ketika pasangan menghujani kita dengan perhatian di awal hubungan sehingga akhirnya terlena dan bisa dikuasai dan dimanipulasi.
"Love bombing ditandai dengan perhatian, kekaguman, dan kasih sayang yang berlebihan dengan tujuan membuat penerima merasa tergantung dan berkewajiban kepada orang itu," kata terapis berlisensi di AS, Sasha Jackson.
Love bombing awalnya membuat korbannya begitu bahagia karena pengaruh dopamin dan endorfin akibat tindakan tersebut.
"Anda merasa istimewa, dibutuhkan, dicintai, berharga, dan layak, yang merupakan semua komponen yang berkontribusi dan meningkatkan harga diri seseorang," tambah Jackson, dikutip dari Cosmopolitan.
Kira merasa menemukan pasangan hubungan yang sempurna, bukan hanya mencintai namun juga meghujani perhatian, cinta dan hadiah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.