KOMPAS.com - Alergi merupakan respon sistem imun terhadap zat atau kandungan asing yang sebenarnya tidak berbahaya bagi tubuh. Zat asing atau disebut juga dengan alergen bisa berupa makanan, serbuk sari tanaman, hingga bulu hewan.
Gejala alergi dapat berbeda-beda pada setiap orang, bisa ringan sampai berat.
"Gejala ringan misalnya kulit kemerahan, gatal, bersin, hidung tersumbat, tenggorokan terasa gatal, dan mata berair. Gejala berat misalnya diare, mual muntah, sesak nafas, sulit menelan, mengi, berdebar sampai hilang kesadaran,” kata dr. Shannia Tritama dalam keterangan pers.
Cara terbaik untuk mengatasi alergi adalah dengan menghindari alergen atau pemicu reaksi. Misalnya jika kita alergi kacang, maka hindari makanan yang mengandung kacang, atau jika kita alergi bulu hewan sebaiknya tidak berinteraksi dulu dengan anjing atau kucing.
Jika hal ini tidak memungkinkan, ada beberapa obat-obatan yang bisa dikonsumsi. Obat antialergi yang paling umum digunakan adalah golongan antihistamin.
Baca juga: Intoleransi Laktosa dan Alergi Susu Sapi, Apa Bedanya?
Dijelaskan oleh Shannia, saat alergi terjadi tubuh akan mengeluarkan zat histamin. Histamin ini akan berikatan dengan reseptor dalam tubuh dan menyebabkan berbagai gejala alergi.
"Oleh karena itu, seorang yang mengalami alergi harus diberikan antihistamin. Contoh obat antihistamin adalah Loratadine dan Cetirizine," ujarnya.
Loratadine dan Cetirizine merupakan obat antihistamin generasi kedua yang memiliki keunggulan dari sebelumnya, yaitu tak menimbulkan efek mengantuk sehingga tak mengganggu aktivitas.
Loratadine termasuk obat golongan antagonis reseptor histamin H1 generasi kedua yang banyak digunakan untuk mengatasi alergi.
Menurut penelitian, Loratadine dapat mencapai konsentrasi puncak dalam waktu 1-2 jam. Waktu paruhnya yaitu sekitar 10-20 jam, sehingga Loratadine dapat bertahan setidaknya 24 jam. Dengan demikian, dosis Loratadine cukup 1 kali sehari.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.