KOMPAS.com - Aritmia atau gangguan irama jantung juga bisa dialami oleh bayi hingga anak remaja. Orangtua sebaiknya waspada jika anak mengeluhkan jantung berdebar kencang, pusing, sering pingsan, hingga nyeri pada dada.
Dijelaskan oleh dokter spesialis jantung dr.Dicky Armein Hanafy, aritmia juga bisa terjadi pada anak yang terlihat sehat.
"Tidak selalu ada keluhan kalau masih derajat satu atau dua. Aritmia juga bisa memperberat kondisi jika anak punya riwayat sakit jantung bawaan," kata Dicky dalam acara webinar yang diadakan oleh Heartology Cardiovascular Center Jakarta (19/2).
Ia mengatakan, tidak semua kelainan irama jantung perlu dikhawatirkan. Terkadang ada jenis aritmia yang tidak berbahaya.
"Yang penting apakah kelainan irama jantung ini disertadi dengan keluhan atau tidak," katanya.
Baca juga: Berbagai Gejala Penyakit Jantung Bawaan (PJB) pada Bayi dan Anak
Ada pula gejala aritmia yang baru muncul di usia anak praremaja yang menyebabkan jantung terasa berdebar-debar walau tidak melakukan aktivitas fisik, seperti ingin pingsan, dan perasaan tidak nyaman di dada.
Menurut Dicky, ada beberapa faktor risiko aritmia pada anak, yaitu bayi lahir prematur, punya penyakit jantung bawaan, serta faktor genetik.
"Pada bayi bisa dideteksi dengan mengukur laju jantungnya atau lewat USG sejak masih dalam kandungan. Tetapi, ada juga aritmia yang baru muncul saat anak sudah lebih besar," paparnya.
Penanganan aritmia pada anak
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.