KOMPAS.com - Merupakan hal yang wajar apabila orangtua mengharapkan banyak hal yang terbaik dari anaknya.
Seperti menginginkan anaknya meraih peringkat 1 di sekolah, menjuarai lomba, masuk ke perguruan tinggi favorit, dan masih banyak lagi.
Karena alasan itu tak mengherankan apabila beberapa orangtua memberi dorongan, bahkan paksaan agar sang buah hati mewujudkan keinginannya.
Anak kemudian dibanding-bandingkan dengan orang lain, didaftarkan bimbingan belajar, atau diberi hukuman bila nilainya saat ujian tidak memenuhi keinginan orang tua.
Kendati keinginan orangtua berhasil terwujud, ketahuilah bahwa anak dapat mengalami stres, termasuk depresi.
Sebuah survei tahun 2013 oleh Pew Research Center menemukan bahwa 64 persen orang Amerika mengatakan orangtua memang tidak memberikan tekanan kepada anak untuk berprestasi di sekolah.
Namun, beberapa anak mungkin mengalami terlalu banyak tekanan dari orangtuanya.
Baca juga: 5 Hal yang Harus Dilakukan Orangtua Saat Anak Gagal
Anak-anak yang berada di bawah tekanan besar dari orangtuanya berisiko bermasalah pada kesehatan mental hingga tidurnya.
Agar hal tersebut tidak tejadi, sebaiknya orangtua memperhatikan apakah mereka menekan anaknya atau tidak seperti yang di bawah ini.
Anak-anak yang berada di bawah tekanan terus-menerus dapat mengalami kecemasan yang konstan.
Jumlah stres yang tinggi juga dapat mengakibatkan anak berisiko besar terkena depresi atau kondisi kesehatan mental lainnya.
Anak yang menjadi menjadi atlet dan merasakan banyak tekanan untuk terus berpartisipasi dalam olahraga meskipun cedera akan mengalami konsekuensi serius.
Mengabaikan rasa sakit atau kembali berolahraga sebelum cedera sembuh dapat menyebabkan kerusakan permanen.
Ketika fokus anak adalah pada pencapaian daripada belajar, dia lebih cenderung untuk menyontek.
Baik itu anak kecil yang melihat sekilas jawaban teman sekelasnya saat ujian atau mahasiswa yang membayar joki untuk menulis makalah.
Dikhawatirkan anak yang terus berorientasi pada hasil akan menjadikan menyontek sebagai kebiasaan.
Selain berisiko berilaku curang, anak juga tidak akan berjuang apabila dia tidak mendapatkan hasil.
Misalnya saja, apabila ada seorang anak yang bukan penyanyi terbaik dalam kelompoknya mungkin berhenti ikut paduan suara.
Hal ini tentu nerugikan anak dan orangtua sebab anak enggan mengasah keterampilannya.
Baca juga: Cara Mendorong Anak agar Sukses dan Berprestasi dengan Cara Sehat
Mendorong anak untuk berprestasi dapat merusak harga diribya. Tekanan yang terus-menerus bisa mengganggu pembentukan identitas dan menyebabkan anak merasa dirinya tidak cukup baik atau bahkan tidak akan pernah cukup baik.
Anak-anak yang merasakan tekanan terus-menerus dari orang tua untuk berprestasi di sekolah mungkin begadang dan kesulitan memiliki waktu tidur yang cukup.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai orangtua untuk membantu anak tanpa memberikan terlalu banyak tekanan padanya.
Jika orang tua memberikan terlalu banyak tekanan pada anak, tanyakan pada dirimu sendiri mengapa kinerja, nilai ujian, atau kesuksesan mereka penting bagimu.
Sisihkan perasaan untuk memberi ruang bagi anak supaya bisa mengekspresikan perasaannya.
Beri anak ruang untuk diperhatikan dan didengar akan memotivasi dia daripada membuat anak merasa telah mengecewakan orang tuanya.
Baca juga: Jangan Paksa Anak Belajar agar Dapat Nilai Bagus, Ini Dampak Buruknya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.