Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 30/09/2022, 11:05 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Garam biasanya digunakan untuk menambah rasa pada makanan atau sebagai pengawet makanan.

Di dalam garam, terkandung sekitar 40 persen natrium dan 60 klorida.

Natrium merupakan mineral untuk fungsi otot dan saraf yang optimal, sedangkan klorida membantu menjaga keseimbangan air dan mineral.

Terlepas dari perannya yang penting, garam bisa berdampak buruk jika terlalu banyak dikonsumsi.

Baca juga: Kampanye Bijak Konsumsi Garam untuk Cegah Penyakit Kronis

"Setiap individu harus menyadari berapa banyak garam yang mereka makan dan pengaruh garam terhadap mereka," kata ahli diet Julia Zumpano.

Zampano menjelaskan bagaimana garam bisa memengaruhi kondisi tubuh.

Benarkah garam tidak menyehatkan?

Garam bukanlah makanan yang tidak sehat selama kita tidak mengonsumsi garam terlalu banyak.

Seperti yang sudah dijelaskan di awal, garam terdiri dari sekitar 40 persen natrium dan 60 persen klorida.

Kandungan natrium inilah yang bisa berdampak negatif bagi kesehatan jika dikonsumsi terlalu banyak.

Tetapi, tubuh kita juga memerlukan natrium. Dalam jumlah kecil, natrium membantu otot dan saraf agar berfungsi baik dan menyeimbangkan cairan di dalam tubuh.

Dituturkan Zumpano, tubuh membutuhkan minimal 1.500 miligram natrium per hari.

Jika asupan natrium kita di bawah itu, risiko tekanan darah rendah dan ketidakseimbangan elektrolit di dalam darah akan menghantui.

Baca juga: Benarkah Garam Himalaya Lebih Sehat daripada Garam Meja?

Tanda-tanda tubuh kekurangan natrium meliputi, pusing, sakit kepala, kekurangan energi, kelelahan otot, dan juga mual.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com