Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakat, Warisan Genetik yang Diturunkan dari Orangtua ke Anak

Kompas.com - 22/02/2022, 10:26 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setiap manusia yang lahir ke dunia mewarisi gen dari orangtua bahkan nenek moyangnya.

Itulah yang mendasari mengapa kepribadian anak dan orangtua memiliki banyak kesamaan baik dalam aspek fisik dan psikis, termasuk soal bakat.

Secara harafiah bakat merupakan pembawaan, sifat atau kepandaian dalam konteks tertentu. Biasanya bakat ini diartikan sebagai potensi yang dimiliki seseorang sejak lahir.

Baca juga: Tes Kepribadian, Gambar Pertama yang Dilihat Ungkap Bakat Terpendam

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi perkembangan bakat anak tersebut antara lain faktor hereditas, lingkungan, dan faktor umum.

Dalam disiplin ilmu pendidikan, orang yang mempercayai bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor hereditas disebut aliran nativisme yang dipelopori oleh Arthur Schopenhauer, filsuf asal Jerman.

Aliran tersebut berpendapat perkembangan anak telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir atau pembawaan.

Asumsi yang mendasari aliran nativisme ini adalah pada kepribadian anak dan orangtua terdapat banyak kesamaan fisik maupun psikis.

Hereditas merupakan faktor pertama yang memengaruhi perkembangan individu, sehingga diartikan sebagai segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen.

"Setiap manusia memiliki gen, dan gen orangtua ini yang berpindah pada anak," terang Psikolog, Meity Arianty.,STP.,M.Psi., saat dihubungi Kompas.com.

Dalam hal ini, seperti yang tertulis dalam Jurnal Buah Hati, hereditas juga berkaitan dengan warna kulit, tinggi badan, warna rambut, bentuk hidung, hingga “penyakit warisan” yang merupakan dampak dari penurunan sifat tersebut.

Baca juga: Peran Orangtua dalam Mengembangkan Bakat Anak

Teori hereditas memengaruhi bakat anak

Adapun yang diturunkan orangtua kepada anaknya adalah sifat strukturnya, bukan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil belajar atau pengalaman.

Ada tiga teori tentang hereditas yang paling populer yakni teori partiality yaitu anak lahir mewarisi salah satu dari dua sumber aslinya (orangtua) secara keseluruhan atau sebagian besar sifat-sifatnya.

Kemudian cara penyatuan (coalition) yaitu sifat anak yang tidak mewarisi cabang-cabang dari sumber aslinya dan cara penggabungan (association) yaitu anak mewarisi salah satu sifat
tertentu dari sumber aslinya.

Dalam perspektif hereditas, perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi salah satunya oleh bakat.

Setiap anak memiliki berbagai macam bakat yang diwariskan orangtua, seperti bakat musik, seni, atau bakat berhitung, dan lain sebagainya.

Bakat yang dimiliki oleh anak pada dasarnya tak hanya berasal dari orang tua, tapi juga dari nenek moyang atau garis keturunan.

"Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat tersebut diibaratkan seperti bibit kesanggupan atau bibit kemungkinan potensi yang ada dalam diri anak."

Demikian penjelasan Meity yang juga seorang dosen psilokog di Universitas Gunadarma.

Baca juga: Jeli Menemukan dan Mengembangkan Bakat Anak Autisme

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com