Miras oplosan ini ternyata lebih sering dikonsumsi oleh remaja. Riset yang dilakukan oleh Lakpesdam PWNU DKI Jakarta menyebutkan bahwa 65 persen responden mengaku pernah mengonsumsi minuman keras oplosan. Menurut riset itu, persentase ini tinggi karena miras ini mudah diperoleh di warung-warung pinggir jalan.
Di Indonesia, masyarakat Toraja sejak dulu telah mengonsumsi minuman beralkohol yang disebut tuak. Menurut penelitian Rahman dkk. berjudul “Aspek Sosial Budaya pada Konsumsi Minuman Beralkohol (Tuak) di Kabupaten Toraja Utara” di setiap perayaan adat, tuak ini wajib ada.
Baca juga: Ketahui, Ini yang Terjadi pada Otak Saat Kita Mengonsumsi Alkohol
Tuak berasal dari cairan pohon induk atau nira. Tuak ini masih dikonsumsi untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal yang harus tetap dijaga. Ditemukan juga bahwa tuak dapat mengobati diabetes apabila dikonsumsi sesuai kebutuhan.
Hal ini dikarenakan kadar gula darah dapat terlarut oleh mineral yang terdapat pada tuak dan dikeluarkan melalui respirasi kencing.
Di samping itu, ada pula kesalahan persepsi masyarakat Toraja terhadap tuak. Misalnya, minum tuak bisa memperbanyak ASI bagi ibu yang sedang menyusui. Padahal, semakin sering seorang ibu menyusui, maka semakin banyak produksi ASI yang bisa dihasilkan.
Kepercayaan ini biasanya diperoleh dari para generasi tua dan diterima karena keyakinan mereka terhadap ucapan leluhur, tanpa mengetahui pembuktiannya.
Dengarkan cerita-cerita kriminal lainnya yang biasanya disebabkan oleh gaya hidup buruk dalam siniar Tinggal Nama. Akses sekarang juga siniarnya di Spotify agar tak ketinggalan setiap episode terbarunya!
Baca juga: Oplosan yang Tewaskan 9 Orang di Jepara Ternyata Mengandung Alkohol Lebih 90 Persen
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.