Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 27/10/2022, 09:51 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNBC

2. Tuliskan apa yang kita pikirkan, lalu alihkan perhatian

Ketika otak kita berpikir bahwa kita berada dalam konflik atau bahaya, sistem alarm bawaan berbunyi secara internal untuk melindungi kita.

"Satu hal yang saya temukan adalah menuliskan perasaan saya dan menunggu setidaknya 24 jam (atau hanya beberapa jam jika itu masalah mendesak) sebelum menjawab atau mengambil tindakan impulsif apa pun," ungkap Maenpaa.

"Kemudian, saya menyimpan draf itu sementara saya mengalihkan perhatian saya dengan tugas lain," lanjut dia.

Sebagai contoh, kita baru saja menerima email tentang sesuatu yang salah.

Hal ini bisa membuat kita merasa kesal, jantung mulai berpacu, pernapasan menjadi dangkal, dan kita menjadi overthinking pada kesalahan itu.

"Apabila kita menanggapi email saat otak dalam mode alarm, kita mungkin mengatakan hal-hal yang akan kita sesali di kemudian hari dan memicu lingkaran setan overthinking," kata dia.

"Sementara, menuliskan pikiran negatif akan menghilangkan kekuatannya."

"Saya sering tidak merasa perlu untuk mengambil tindakan berdasarkan pikiran cemas saya setelah saya menuliskannya," ujar dia.

3. Mempraktikkan rasa syukur secara spesifik

Dalam psikologi, kita tahu bahwa mengungkapkan rasa syukur dapat meningkatkan kebahagiaan kita.

Baca juga: Latihan Pernapasan, Cara Atasi Overthinking di Tengah Pandemi

Ini juga dapat membantu kita mengontekstualisasikan frustrasi kita terhadap apa yang kita cintai.

Kondisi ini membantu kita terhubung ke sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri, baik itu orang lain, hewan, alam, atau kekuatan yang lebih tinggi.

"Tetapi saya menemukan bahwa mengulangi praktik syukur yang sama berulang-ulang dapat menjadi hafalan dan mengurangi hasilnya," ungkap Maenpaa.

"Bagi saya, itu bisa mulai terasa seperti tugas yang tidak berarti alih-alih latihan yang penuh perhatian."

"Jadi, saya suka mempraktikkan rasa syukur secara lebih spesifik," tambah dia.

Baca juga: Kamu Overthinking? Simaklah Contoh Kasus dan Solusinya

Misalnya, daripada kita menulis di jurnal setiap hari bahwa kita bersyukur atas kesehatan, lebih baik kita menulis bahwa kita bersyukur sudah bisa bangun tanpa sakit punggung dan memiliki kemampuan untuk melewati hari.

"Ini membantu saya tetap fokus di sini dan sekarang, daripada terlalu memikirkan abstraksi yang umum," tutur dia.

"Besok, saya mungkin masih bersyukur atas kesehatan saya, tetapi saya mungkin secara spesifik akan bersyukur bahwa saya memiliki energi yang cukup untuk jangka panjang," imbuh dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com