KOMPAS.com - Workaholic seringkali dianggap sebagai hal yang membanggakan bagi seorang pekerja.
Mereka yang tergolong workaholic merasakannya sebagai pencapaian apabila mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya untuk bekerja.
Seringkali durasi bekerja dikaitkan dengan loyalitas pekerja terhadap tempat kerjanya.
Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu workaholic di beberapa kantor atau perusahaan, terutama di kota-kota besar.
Padahal, menurut studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) bekerja terlalu lama atau lebih dari 55 jam seminggu berdampak negatif bagi kesehatan.
Durasi bekerja yang normal sebenarnya sekitar 40 jam saja per minggu.
Tapi faktanya, banyak pekerja melampui batasan normal ini dengan berbagai sebab.
Menurut penelitian, bekerja lebih dari 55 jam dapat menyebabkan penyakit arteri koroner, suatu kondisi nyeri dada berulang atau ketidaknyamanan dan stroke.
Baca juga: Strategi Mempertahankan Hubungan dengan Pasangan Workaholic
Orang-orang yang workaholic cenderung mengalami peningkatan kadar kortisol atau hormon stres.
Hal ini bisa berakibat pada kabut otak, tekanan darah tinggi, dan sejumlah masalah kesehatan lainnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.