Setelah itu, pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, kerja berlebihan semakin menjadi-jadi ketika Google dan Facebook mulai tumbuh.
Masyarakat mulai "memuliakan" para wirausahawan yang mengatakan mereka ingin mengubah dunia.
Tapi, saat ini alasannya berbeda. Banyak orang bekerja berjam-jam untuk melunasi hutang, sekadar mempertahankan pekerjaan mereka, atau gengsi semata.
Hal ini lambat laun mengakibatkan angka burnout menjadi meningkat di kaalangan para pekerja.
Burnout menjadi salah satu tanda bahwa kerja berlebihan tidaklah baik bagi kesehatan seseorang.
“Burnout memiliki siklus seperti dimulai, kemudian mereda, dan kembali lagi,” kata Maslach, yang telah mempelajari burnout sejak tahun 1970-an.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan burnout sebagai sindrom yang dihasilkan dari stres kronis di tempat kerja yang belum berhasil dikelola.
Burnout ditandai dengan perasaan kelelahan, perasaan negatif tentang pekerjaan, dan penurunan profesionalisme.
Dengan kata lain, burnout membuat orang-orang merasa tidak manusiawi, lelah secara fisik dan emosional, dan mempertanyakan mengapa mereka mengambil pekerjaan itu.
WHO secara resmi mengakui burnout sebagai fenomena pekerjaan pada tahun 2019.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.