Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/03/2022, 09:29 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memeriksakan diri ke dokter adalah salah satu cara untuk mengecek kondisi kesehatan tubuh.

Tapi, ada cara yang lebih mudah untuk melakukan hal itu, yakni dengan melihat rutinitas kita di kamar mandi --seperti buang air besar.

Terkadang, kita bingung membandingkan mana rutinitas buang air besar yang normal atau sehat, dan mana yang tidak.

Misalnya, ada orang yang buang air besar tiga kali sehari, dan ada yang buang air besar tiga hari sekali. Mana yang terbilang lebih sehat?

Menurut Fola May, MD, PhD, ahli gastroenterologi di UCLA, kedua rutinitas tersebut bisa dianggap normal.

Baca juga: 6 Penyebab Buang Air Besar Keluar Darah

Indikator rutinitas buang air besar yang normal, kata May, adalah tidak ada gejala yang mengkhawatirkan.

"Pergerakan usus harus lembut, tidak perlu banyak gerakan mengejan dan tidak boleh merasa belum tuntas, atau seolah-olah kita masih harus buang air besar saat bangun dari toilet," tutur dia.

"Selain itu, darah, lendir, atau rasa sakit apa pun saat buang air besar memerlukan perhatian medis, seperti halnya tinja yang sangat encer atau sulit buang air besar."

Cek kondisi berikut untuk mengetahui apakah kebiasaan buang air besar kita normal atau tidak, seperti dikutip dari laman Yahoo! Lifestyle berikut ini.

1. Menghabiskan waktu lama di toilet

Sebaiknya kita tidak menghabiskan waktu terlalu lama di toilet, kata May.

"Ketika kita menghabiskan waktu lama di toilet, ada kecenderungan untuk mengejan, yang meningkatkan tekanan di rektum dan anus," katanya.

"Periode tekanan ke bawah yang berkepanjangan di area tubuh ini dapat berkontribusi pada perkembangan wasir dan melemahkan otot panggul."

Lebih lanjut May mengatakan, terlalu lama di toilet membuat perilaku mengejan saat buang air besar menjadi lebih sering.

"Tinja yang sehat seharusnya mudah untuk dikeluarkan dalam waktu 1-2 menit," ujar May.

"Jika kita sering mengalami banyak ketegangan, rasa sakit, ketidaknyamanan, atau membutuhkan waktu lebih lama, ada baiknya berbicara dengan dokter tentang apa penyebabnya."

2. Mengejan

Jika kita mengejan saat buang air besar atau merasa tidak tuntas, kita mungkin mengalami sembelit, sebut Andrew Moore, MD, ahli gastroenterologi di Chicago, AS.

"Sembelit disebabkan oleh beberapa hal, tetapi yang paling umum adalah jumlah serat yang tidak memadai dalam makanan kita, kurang minum air putih dan menjalani gaya hidup yang tidak aktif bergerak," sambung dia.

Sembelit perlu diatasi karena dapat menimbulkan kondisi yang tidak menyenangkan seperti wasir, yang memicu pendarahan dan rasa sakit.

"Cobalah memasukkan biji-bijian, sereal, buah-buahan dan sayuran ke dalam diet kita dan menambahkan serat dalam bentuk suplemen yang dijual bebas."

Moore juga menyarankan kita untuk menjaga hidrasi tubuh dan melakukan aktivitas fisik 150 menit per minggu.

3. Tinja keras dan kecil seperti kerikil

Jika tinja keras dan kecil seperti kerikil atau pelet, bisa jadi itu disebabkan oleh sembelit.

May merekomendasikan untuk berkonsultasi dengan dokter demi mengetahui akar masalahnya.

"Dalam beberapa kasus, kita perlu menggunakan obat-obatan untuk membantu mengatur pergerakan usus," kata dia.

"Pada sejumlah kecil kasus, tinja keras seperti pelet adalah tanda dari masalah yang lebih mengkhawatirkan di sistem pencernaan."

Baca juga: Buang Air Besar Terasa Nikmat, Kenali 3 Penyebabnya

4. Terlalu sering buang air besar

Jika kita terlalu sering bolak-balik ke kamar mandi, itu bisa menandakan masalah, menurut Benjamin Hyatt, MD, ahli gastroenterologi di Middlesex Digestive Health & Endoscopy Center di Massachusetts, AS.

Apabila frekuensi buang air besar yang tinggi terjadi ketika kita mengonsumsi makanan tertentu, kemungkinan hal ini merupakan akibat dari intoleransi makanan seperti laktosa atau susu.

"Kita bisa menghindari produk susu atau makanan lain yang menurut kita mengganggu, tetapi jika gejala berlanjut atau jika kita tidak yakin, tanyakan kepada dokter," kata dia.

Penyebab lain frekuensi buang air besar yang tinggi adalah infeksi gastrointestinal yang bisa disertai diare, sakit perut, atau mual dan muntah yang tiba-tiba.

"Jika ini terjadi, tetap terhidrasi dengan larutan elektrolit, dan jika gejala berlanjut, temui dokter," tambah Hyatt.

5. Kebiasaan buang air besar yang sering berubah

Ada perubahan dalam kebiasaan buang air besar kita? Kemungkinan kita mengalami sindrom iritasi usus besar, kata Moore.

"Perubahan ini juga dapat dikaitkan dengan gejala gas dan kembung dan sering sakit perut yang membaik ketika buang air besar," ucap dia.

"Jika kita mengalami gejala ini, periksakan diri ke dokter yang dapat mendiagnosis dan mengungkap penyebab lain dari gejala yang kita rasakan."

6. Darah pada tinja

Adanya darah pada tinja jangan disepelekan, karena menurut May, kondisi ini bisa menandakan masalah di usus besar atau usus kecil.

"Meskipun itu (darah pada tinja) tanda wasir yang dapat diobati, itu juga bisa menjadi tanda masalah yang lebih tidak menyenangkan di usus besar atau usus kecil," ungkap May.

"Siapa pun yang menemukan darah pada tinja harus mendiskusikan gejalanya dengan dokter dan dalam banyak kasus, harus dirujuk ke ahli gastroenterologi untuk kolonoskopi demi menentukan penyebab pendarahan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com