Oleh: Nika Halida Hashina & Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Sejak dulu, diterimanya seseorang di lingkungan sosial merupakan aspek penting untuk melihat penilaian orang lain terhadapnya. Selain itu, masyarakat akan selalu menciptakan standar tersendiri. Dari situ, akhirnya muncul stigma yang tanpa sadar menjadi cara masyarakat menilai sesama.
Hal ini mengakibatkan perbedaan kecil pada seseorang membuatnya kerap kali menerima penolakan. Penolakan yang timbul ini bermacam-macam, bisa karena penampilan, sikap, cara bicara atau menanggapi, dan sebagainya.
Landy, salah satu tokoh dalam siniar Dongeng Pilihat Orangtua bertajuk “Dongeng Landi Si Landak yang Kesepian”, juga mengalami penolakan oleh lingkungan sekitarnya. Ia dijauhi karena memiliki duri-duri tajam yang bisa membahayakan teman-temannya.
Dari cerita Landy, terlihat bahwa setiap lingkungan memiliki standarnya masing-masing. Misalnya, dalam dunia kerja, mereka yang melakukan pekerjaannya dengan baik, lebih dihormati dibandingkan yang kurang.
Bahkan, penolakan atau pengucilan dari orang lain bisa menimbulkan gangguan psikologis dan fisik yang serius.
Menurut Mark Leary, seorang profesor psikologi dan ilmu saraf di Duke University, para peneliti telah menggali lebih masalah penolakan sosial. Ditemukan bukti mengejutkan bahwa rasa sakit karena dikucilkan tidak jauh berbeda dengan sakit saat cedera fisik.
Penolakan memiliki implikasi serius bagi keadaan psikologis individu. Ia dapat memengaruhi emosi, kognisi, hingga kesehatan fisik. Korban bisa saja merasakan gejolak emosi yang berlebih, seperti marah, cemas, depresi, cemburu, hingga sedih.
Hal ini juga mengurangi kinerja otak dalam menghadapi permasalahan sulit. Selain itu, DeWall menambahkan bahwa penolakan sosial juga bisa memperburuk agresi dan kontrol impuls sehingga mereka akan jauh lebih agresif.
Baca juga: Cara Kenalkan Investasi ke Anak Sejak Dini
Secara fisik, orang yang secara rutin merasa dikucilkan memiliki kualitas tidur yang lebih buruk. Bahkan, sistem kekebalan mereka tidak berfungsi sebaik orang-orang dengan koneksi sosial yang kuat.
Dalam hal penampilan, orang yang merasa ditolak akan merasa rendah diri. Orang itu akan menarik diri karena merasa tidak dibutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa penolakan dapat mengubah perspektif seseorang.
Menurut pendapat Nathan Dewall, seorang Psikolog di University of Kentucky, efek dikucilkan membuatnya merasa ia tak mampu menjalin hubungan baik dengan sesama. Padahal, "Manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk dimiliki.
Sama seperti kita memiliki kebutuhan akan makanan dan air, kita juga memiliki kebutuhan akan hubungan yang positif dan langgeng.”
Dengan kemudahan akibat evolusi teknologi, seseorang secara fisik mungkin mampu bertahan hidup dalam kesendirian. Akan tetapi, ia cenderung mempertanyakan kebahagiannya sendiri. Oleh karena itu, kita perlu melatih diri agar bisa menghargai orang lain, apa pun perbedaannya.
Faktanya, sangat sulit untuk berusaha tidak merasa sakit saat menerima penolakan. Williams Eric Wesselmann, Psikolog Universitas Purdue, mengatakan, “Tidak peduli seberapa keras Anda berhati-hati dalam melakukannya, orang-orang akan tetap terluka oleh pengucilan.”.