Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Sejarah hingga Dampak yang Dirasakan Pria Playboy

Kompas.com - 02/03/2022, 20:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Fauzi Ramadhan & Ikko Anata

Coba ingat, ketika sewaktu sekolah dulu, pernahkah kalian menemukan teman laki-laki yang sering bergonta-ganti pacar?

Setiap bulan, atau bahkan dalam hitungan hari, mereka dengan mudahnya berpindah hati dan menebar pesona ke kaum wanita, layaknya kelinci yang melompat sesuka hati.

Maka dari itu, panggilan yang sering disematkan ke mereka adalah “playboy”. Cambridge Dictionary mendefinisikan playboy sebagai suatu gaya hidup pria kaya yang menghabiskan waktu dan uangnya untuk barang-barang mahal dan hidup penuh kenikmatan.

Kendati demikian, seorang playboy tidak melulu muncul dari kalangan atas seperti yang didefinisikan ini.

Pria playboy terkenal dengan kepiawaiannya mendekati wanita. Seorang pria playboy yang cukup terkenal adalah Rick Williams. Ia senang mengencani banyak wanita dengan dalih sebagai fotografer.

Kisah Williams ini diangkat dalam seri audio drama bertajuk “Rick Williams: Playboy Bernasib Tragis” dalam siniar (podcast) Tinggal Nama.

Kemasyhuran Pria dengan Gaya Hidup Playboy

Dalam buku The Last Playboy: The High Life of Porfirio Rubirosa oleh Shawn Anthony Levi, pada awalnya, istilah playboy ditujukan kepada laki-laki pemeran dalam pertunjukkan teater pada abad ke-18. Waktu demi waktu berlalu, istilah ini berkembang hingga pada akhirnya merujuk seperti yang didefinisikan di atas.

Istilah ini kian populer digunakan pada abad ke-20, terlebih dengan adanya sosok Porfirio Rubirosa. Dengan jabatan sebagai diplomat internasional, penasihat politik, dan pemain polo profesional, bukanlah hal yang sulit bagi pria kelahiran 1909 itu untuk mendekati kaum wanita, sekalipun yang kaya.

Dikutip dari Kompas Internasional, Rubirosa sering dikatakan memiliki hubungan romantis dengan banyak perempuan terkenal, seperti Dolores del Río, Eartha Kitt, Ava Gardner, bahkan sampai Marilyn Monroe.

Baca juga: Sering Dilupakan, Inilah Pentingnya Komunikasi dalam Hubungan

Dengan tingginya rasa percaya diri dan pesona yang memukau, Rubirosa bahkan mampu mendekati putri dari Rafael Trujillo, seorang diktator asal Republik Dominika. Selain itu, kedekatannya dengan diktator tersebut membuat ia memiliki banyak akses terhadap orang kelas atas hingga pada akhirnya menjabat sebagai diplomat pada 1936.

Trujillo bahkan pernah memuji kepiawaian Rubirosa dalam mendekati perempuan, “Dia bagus dalam pekerjaannya, karena wanita menyukainya dan dia pembohong yang hebat.”

Perspektif Kesehatan Mental terhadap Playboy

Akan tetapi, gaya hidup hedon ini nyatanya memiliki dampak buruk dari segi psikologis, seperti yang dijelaskan dalam Washington Post.

Disebutkan dalam artikel tersebut bahwa kalangan psikolog telah menelaah data selama 10 tahun dari 20.000 pria yang menunjukkan kecenderungan untuk memiliki kuasa atas wanita dan menjalani perilaku gaya hidup playboy.

Hasilnya, ditemukan bahwa pria yang menjalani gaya hidup playboy berisiko mengalami depresi, stres, penyalahgunaan obat/zat, isu mental tentang rupa tubuh, sampai disfungsi sosial.

Gaya hidup ini juga dikaji dalam perspektif seksisme dalam psikologi oleh American Psychological Association (APA). Studi yang dilakukan APA dan ditulis oleh Y. Joel Wong ini menggunakan metode meta analisis.

Menurut Wong, seperti yang dilansir dan ditranslasi dari artikel tertulis oleh APA, menjelaskan fenomena ini sebagai berikut, “secara umum, individu dengan norma maskulin cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih buruk dan terlihat bersikap ‘tidak senang’ ketika mencari bantuan psikologis, meskipun hasilnya tidak selalu sama, tergantung norma maskulin apa yang dianut,” jelasnya.

Baca juga: Benarkah Kita Masih Bisa Berteman dengan Mantan?

Selain itu, Wong juga menambahkan bahwa kecenderungan perilaku seksis ada dalam individu playboy. Perilaku seksis ini juga nyatanya berdampak buruk bagi individu.

“Terdapat hubungan kuat antara seksisme dengan maskulinitas, ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental bagi yang menganut sikap seperti ini,” tambahnya.

Dampak buruk bagi pelaku gaya hidup playboy ternyata tidak berhenti di situ saja. Contohnya adalah Rick Williams dengan kisah hidup yang berakhir nahas. Ia ditemukan terbunuh di kamar hotelnya dengan alat kelamin yang terpotong.

Diduga, ia dibunuh oleh wanita yang ia kencani. Lantas, bagaimana kisah hidup playboy Rick Williams hingga akhir hayatnya? Dengarkan seri episode “Rick Williams: Playboy Bernasib Tragis” siniar (podcast) Tinggal Nama di Spotify atau akses melalui tautan berikut https://dik.si/tn_rickpt1.

Siniar Tinggal Nama merupakan podcast audio drama yang menyajikan berbagai macam cerita kriminal dari seluruh penjuru dunia. Episode terbaru tayang setiap Selasa dan Kamis. Selamat mendengarkan!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com