KOMPAS.com - Penyakit kardiovaskular masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia.
Di Indonesia, data dari Riset Kesehatan (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan, prevalensi penyakit jantung koroner --salah satu penyakit kardiovaskular-- berada di angka 1,5 persen dari tahun 2013-2018.
Itu artinya, sekitar 15 dari 1.000 orang di Indonesia menderita penyakit jantung koroner (PJK).
Pola makan dan gaya hidup tidak sehat seperti merokok dinilai menjadi penyumbang utama terjadinya kasus PJK, dan sekitar 50 persen penderita PJK berisiko mengalami henti jantung mendadak.
Baca juga: 5 Kebiasaan Minum yang Picu Risiko Penyakit Jantung
Mereka yang hidup dengan penyakit ini kemungkinan harus melakukan perubahan gaya hidup.
Ahli jantung Michael Faulx, menjelaskan perubahan yang perlu dilakukan jika kita sudah didiagnosis menderita penyakit jantung koroner.
Penyakit arteri koroner disebabkan oleh aterosklerosis, yakni penumpukan lemak di arteri koroner (tabung yang memasok darah ke jantung) dalam waktu lama.
Akibatnya, arteri mulai menyempit, dan dapat tersumbat sebagian atau seluruhnya.
Dalam jangka pendek, penyakit jantung koroner akan memengaruhi hidup kita tergantung dari tingkat keparahan penumpukan plak serta masalah jantung lain yang sudah ada.
"Jika kita mengalami serangan jantung hebat dan cedera besar di bagian otot jantung, kita memerlukan tindak lanjut lebih sering dan menjalani pengobatan lebih lama," kata Faulx.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.