Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopi Saset Mengandung Parasetamol dan Sildenafil, Apa Bahayanya?

Kompas.com - 05/03/2022, 11:21 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap temuan kopi saset mengandung parasetamol dan sildenafil.

Temuan tersebut diketahui usai BPOM melakukan operasi penindakan terhadap produk ilegal obat tradisional dan pangan yang mengandung bahan kimia obat (BKO).

Hasilnya, kopi saset yang mengandung parasetamol dan sildenafil yang beredar di Kota Bandung dan Bogor ditemukan.

Kopi saset yang ditemukan itu bahkan mencantumkan izin BPOM. Akan tetapi, Kepala BPOM Penny K. Lukito telah memastikan bahwa hal tersebut adalah palsu.

Perlu diketahui bahwa parasetamol yang ditemukan BPOM dalam kopi saset tersebut merupakan obat analgetik–antipiretik untuk meredakan nyeri ringan dan demam.

Obat ini memang dapat dibeli oleh masyarakat tanpa menggunakan resep karena termasuk pada golongan obat bebas.

"Obat ini pada dasarnya hanya untuk mengurangi gejala nyeri ringan dan demam seperti pada kondisi sakit kepala, flu, dan sakit gigi anak," ujar ahli farmakologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Heru Sasongko, M.Sc.,Apt kepada Kompas.com, Sabtu (5/3/2022).

Sedangkan sildenafil merupakan nama generik atau zat aktif, dan obat ini secara klinis digunakan untuk mengatasi impotensi atau disfungsi ereksi pada pria.

Heru Sasongko menerangkan, sildenafil juga dapat digunakan pada kondisi pasien yang mengalami hipertensi pulmonal atau peningkatan tekanan pembuluh darah arteri paru-paru.

"Obat ini termasuk obat keras yang penggunaannya berdasarkan resep dari dokter," katanya.

Baca juga: Amankah Kopi untuk Kesehatan Jantung?


Bahaya jangka panjang parasetamol dan sildenafil

Heru Sasongko membeberkan sejumlah bahaya bagi kesehatan jika masyarakat "doyan" mengonsumsi kopi saset yang mengandung parasetamol dan sildenafil.

Ia menjelaskan, parasetamol yang dikonsumsi secara jangka panjang maupun dengan dosis yang besar dapat mendatangkan akibat fatal.

"Seperti, gangguan hati, sakit kepala yang hebat, mual muntah, dan lain-lain," imbuh Heru Sasongko.

"Pada kondisi tertentu parasetamol dapat berinteraksi dengan obat lain, seperti penggunaan bersama dengan warfarin (menimbulkan perdarahan), izoniazid (meningkatkan risiko kerusakan organ hati) dan efek lainnya," tambahnya.

"Oleh sebab itu apabila parasetamol dicampur dengan obat tradisional maupun produk makanan, maka risikonya sangat berbahaya."

Di sisi lain, ia menambahkan kandungan sildenafil atau yang lebih familiar dikenal masyarakat sebagai viagra juga memiliki bahaya jika dikonsumai secara jangka panjang.

Heru Sasongko menyampaikan bahwa sildenafil secara ilegal juga sering dicampurkan pada obat tradisional maupun produk makanan.

"Motivasi dicampurkannya BKO pada produk makanan maupun obat tradisional umumnya adalah ingin memberikan suatu efek yang cepat atau onsetnya cepat sehingga konsumen lebih percaya," terangnya.

Namun, ia menambahkan efek samping dari penggunaan produk makanan maupun obat tradisional mengandung BKO adalah terjadinya gangguan kesehatan.

Di antaranya, aritmia atau ritme detak jantung tidak teratur, nyeri dada, sakit kepala, ereksi berlangsung terlalu lama dan menimbulkan rasa sakit, kejang, hingga pingsan.

Baca juga: BPOM Temukan Kopi Saset Mengandung Paracetamol dan Sindenafil, Beredar di Bandung dan Bogor

Manfaat parasetamol dengan kafein

Banyak orang lantas mengkhawatirkan kandungan parasetamol dalam kopi saset seperti yang ditemukan BPOM.

Namun, Heru Sasongko menyebut kandungan ini bila dicampurkan dengan kopi dapat memberikan manfaat kesehatan.

Meski begitu, penggunaan parasetamol harus berdasar dosis yang tepat agar memberikan efek yang menguntungkan bila dikombinasi dengan kafein.

"Sudah ada produk obat kimia yang mengkombinasikan antara parasetamol dengan kafein yang digunakan untuk mengatasi sakit kepala ringan," katanya.

"Tetapi, dosisnya harus sesuai, sementara kopi mengandung kafein yang sangat variatif bisa kecil bahkan lebih tinggi sehingga potensi efek samping sangat tinggi juga."

Agar masyarakat lebih jelih memilih produk obat dan pangan kemasan, ia menyarankan konsumen untuk lebih waspada.

Ia meminta konsumen tidak tergiur dengan iklan produk obat dan pangan bombastis yang menjanjikan khasiat bagi kesehatan.

Supaya konsumen tidak menjadi korban, mereka dapat memgecek keaslian izin edar dari suatu produk obat atau pangan melalui situs BPOM.

"Periksa label pada kemasan, nama produsen, tanggal kedaluwarsa apakah terkesan mencurigakan," ucap Heru Sasongko.

"BPOM RI telah melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai lembaga resmi yang mempunyai fungsi pengawasan terhadap peredaran obat maupun makanan di seluruh Indonesia dengan sangat baik," pungkasnya.

Baca juga: Waspadai, Bahaya di Balik Hobi Minum Kopi Saset

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com