Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musik Bisa Dijadikan sebagai Terapi Penghilang Rasa Sakit

Kompas.com - 09/03/2022, 17:07 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari Musik Nasional diperingati setiap tanggal 9 Maret setiap tahun.

Di momen Hari Musik Nasional tahun ini, tak ada salahnya jika kita mengulik sisi lain dari musik, yang ternyata bisa dijadikan terapi penghilang rasa sakit.

Melansir laman Healthline, musik diketahui memiliki kekuatan yang menenangkan, menginspirasi, memberikan energi, hingga mendongkrak suasana hati sehingga terapi musik dirancang untuk mencapai tujuan tersebut.

Bahkan penelitian menunjukkan bahwa musik dapat mengelola rasa sakit pada seseorang dengan penyakit kronis.

Baca juga: Terapi Musik Menurunkan Kelelahan pada Pasien Kanker

Musik sebagai terapi kesehatan

Pada sebuah studi pada tahun 2015, The Lancet menemukan bahwa orang yang mendengarkan musik sebelum, selama, atau setelah operasi mengalami lebih sedikit rasa sakit serta kecemasan dibandingkan pasien yang tidak mendengarkan musik.

Pasien yang mendengarkan musik bahkan tidak membutuhkan banyak obat pereda nyeri. Dalam penelitian, para ahli melihat data dari 73 percobaan yang berbeda dan melibatkan lebih dari 7.000 pasien.

Hasil penelitian menyebut kelompok orang yang memilih musik favoritnya untuk diputar selama pengobatan mengalami pengurangan rasa sakit yang cukup signifikan.

Sehingga mereka hanya membutuhkan sedikit dosis dari obat penghilang rasa sakit.

"Musik adalah intervensi non-invasif, aman, dan murah yang harus tersedia untuk semua orang yang menjalani operasi," kata Catherine Meads, Ph.D., dari Brunel University di Inggris.

Penelitian lain juga menyebut bahwa terapi musik dapat memainkan peranan penting dalam pengobatan pasien dengan kondisi kronis.

Seperti dalam tinjauan World Journal of Psychiatry yang mengungkapkan terapi musik dapat menjadi pengobatan efektif untuk seseorang dengan gangguan mood yang berkaitan dengan saraf otak.

Seperti pada penderita parkinson, demensia, stroke dan multiple sclerosis.

Berdasarkan tinjauan melalui 25 kali percobaan, para peneliti menyimpulkan musik adalah terapi yang valid dalam mengurangi depresi dan kecemasan yang meningkatkan suasana hati, hingga kualitas hidup pasien.

Dilaporkan dalam uji coba mana pun, menjadikan musik sebagai terapi pengobatan juga termasuk minim efek samping.

Barry Goldstein, seorang musisi juga telah mempelajari efek getaran musik selama lebih dari 25 tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com