Jangan terus memandang anak dengan “image-nya” sewaktu kecil.
Hal ini khususnya dialami oleh anak yang harus menghadapi perpisahan orangtuanya.
Kita mengira waktu akan menghilangkan semua perasaan buruk itu dan anak akan melupakannya.
Justru sebaliknya.
Jadi, jelaskan bahwa itu bukanlah salahnya dan akui ketidakmampuan kita untuk mencegahnya.
Pahami rasa sakit yang diderita anak, meski itu sudah terjadi bertahun-tahun lalu.
Baca juga: Anak Remaja Kesal pada Ayahnya? Coba Praktikkan Langkah Ini
Lalu, biarkan anak memberi tahu dampak perceraian itu pada kita tanpa perlu bersikap defensif.
Ekspresikan rasa penyesalan kita dan katakan bahwa kita berharap ia akan segera move on, sama seperti kita.
Ingat, anak sudah mulai beranjak dewasa.
Tentu ia memiliki hak untuk memilih gaya hidup, kepercayaan, keputusan, dan pilihannya sendiri.
Jangan terlalu sering mengurus apa yang bukan urusan kita, seperti pernikahan anak.
Jangan pula menceritakan rahasia anak pada orang lain, termasuk saudara kandungnya sendiri.
Baca juga: Sifat Buruk Orangtua Bisa Menurun ke Anak, Bagaimana Mengatasinya?
Terlalu sering mengomel dan memerintahkan anak untuk melakukan sesuatu meski ia tak ingin pun bisa membuatnya kesal.
Kita selalu mengambil kesimpulan sebelum anak selesai berbicara, atau langsung menasehatinya tanpa menanyakan bagaimana keadaannya.