Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Mencintai diri sendiri (self-love) adalah kewajiban bagi semua orang. Dengan begitu, kita lebih mampu menerima segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri.
Banyak orang yang mengklaim kalau mereka telah mencintai diri, tapi tak memikirkan perasaan orang lain.
Hal ini yang disebut oleh Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Ayoe Sutomo, M.Psi., dalam webinar siniar Semua Bisa Cantik bertajuk "Selfish vs Self-love", sebagai egois (selfish).
Self-love adalah bentuk apresiasi terhadap diri berupa tindakan yang mendukung pertumbuhan fisik, psikologis, dan spiritual.
Jadi, tindakan ini mencakup penerimaan diri tanpa membandingkan dengan orang lain, merasa bangga terhadap pencapaian, dan tak ragu untuk memberi validasi terhadap perasaan.
Baca juga: Memahami Insecurity dengan Mengenal dan Menghargai Diri Sendiri
Sementara itu, selfish biasanya terjadi ketika fokus kita lebih dominan pada keinginan, kebutuhan, dan kesejahteraan diri sendiri sehingga mengabaikan kebutuhan dan perasaan orang lain. Perilaku inilah yang dapat membuat kita kurang produktif.
Misalnya, ketika ada rekan yang minta tolong untuk dijelaskan ulang hasil rapat, kita malah menolaknya dengan dalih self-love. Padahal saat itu, kita sedang tidak sibuk. Hal itulah yang bisa membuat kita dipandang sebagai orang egois.
Kita bisa saja menjadi selfish apabila ingin rehat sejenak atau ada pekerjaan lain yang sifatnya penting. Namun, kalau setelah itu tak ada kegiatan lain, menolak dengan dalih self-love bukanlah opsi terbaik.
Menurut Ayoe, penting untuk mengimbangkan keduanya agar tak menjadi bumerang bagi diri sendiri, "Seimbangkan self-love dan selfish sehingga tidak menjadi bad selfish."
Melakukan self-love agar tak menjadi selfish bukanlah hal mudah. Banyak dari kita yang masih belum bisa menerima diri sendiri dengan benar dan tepat. Ada yang berlebihan mencintai diri sendiri, ada juga yang kurang.
Self-love berkaitan erat dengan kesejahteraan psikologis yang lebih baik. Sementara orang yang memiliki self-love rendah mudah mengkritik diri sendiri, menjadi people pleasure, perfeksionis, dan hidup dengan penuh penyangkalan.
Baca juga: Menerima Ketidaksempurnaan sebagai Bentuk Self Love
Padahal, sebelum bisa memperhatikan orang lain, kita harus bisa lebih dulu mencintai diri sendiri. "Kita gak akan pernah bisa mencintai orang lain dengan tepat, sebelum kita bisa mencintai diri sendiri," tambahnya.
Sulitnya mencintai diri sendiri biasanya disebabkan oleh penghayatan terhadap figur atau sosok terdekat pada masa kecil. Menurut Ayoe, ada internalisasi inner child, seperti selalu diberi hukuman apabila melakukan kesalahan sehingga takut untuk jujur.
"Karena itu sudah ter-instorming jadi sebuah pola otomatis dalam diri kita, yang kalo gak disadari kita bawa itu sampai dewasa."
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.