KOMPAS.com - Merasa tidak bahagia dalam bekerja adalah masalah yang dihadapi banyak orang. Bisa jadi, kita juga merasakan hal ini.
Ketidakbahagiaan dalam bekerja bisa memaksa kita untuk bertindak, seperti membicarakannya dengan atasan. Namun, apakah itu merupakan keputusan yang bijak?
Bukan perkara mudah mengungkapkan rasa frustasi terkait pekerjaan kepada atasan. Apalagi, atasan memiliki banyak persoalan yang harus dihadapi selain memikirkan karyawannya.
Bersikap terlalu jujur tentang ketidakbahagiaan kita bekerja bisa menjadi bumerang.
Tetapi di sisi lain, menceritakan kebenaran bisa menjadi titik balik dalam hubungan kita dengan atasan dan pekerjaan.
Seorang atasan yang baik adalah atasan yang mau mendengar keluhan dari karyawannya sebelum karyawan mengundurkan diri.
"Bukan hanya boleh memberitahu atasan kalau kita tidak bahagia dengan pekerjaan kita, ini lebih baik diungkapkan," kata Gorick Ng, penasihat karier di Harvard University.
Ia juga merupakan penulis "The Unspoken Rules: Secrets to Starting Your Career Off Right".
"Posisikan diri kita sebagai atasan. Apakah kita lebih senang karyawan datang kepada kita dengan menceritakan masalah mereka, atau menyembunyikan masalah dari kita dan berhenti tiba-tiba?"
"Kemungkinan, kita lebih senang mendapat kesempatan untuk memperbaiki masalah," imbuhnya.
Baca juga: Tips Menghadapi Atasan yang Tak Bisa Ditebak
Sebelum mengatakan kejujuran kepada atasan, kita harus memertimbangkan empat faktor penting ini, seperti dilansir laman The Huffington Post.
Membicarakan ketidakbahagiaan dapat menimbulkan kemarahan, frustrasi, dan kecemasan.
Jadi, cobalah memproses emosi tersebut di dalam diri sebelum kita mengungkapkan perasaan dengan sosok yang bertanggung jawab atas perkembangan kita di kantor.
"Jika kita berada di titik puncak, tarik napas sebelum membuat percakapan," terang Lawrese Brown, pendiri C-Track Training, perusahaan pendidikan tempat kerja.
Menurut Brown, jika kita berpikir terlalu intens, apa yang kita ucapkan kepada atasan bukanlah percakapan untuk mencari solusi, melainkan negosiasi akhir.
Beberapa atasan mungkin menganggap ketidakbahagiaan karyawan sebagai bentuk pengkhianatan terhadap perusahaan.
Oleh karena itu, carilah informasi dari orang-orang yang pernah bekerja dengan atasan kita. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana respons atasan setelah mendapat kabar buruk, catat Brown.
Nadia De Ala, pendiri Real You Leadership, program pembinaan kelompok untuk wanita dengan kulit berwarna di AS menyarankan kita untuk mempertimbangkan dua hal.
Pertama, pertimbangkan seberapa besar keamanan psikologis yang kita rasakan dengan atasan. Lalu, lihatlah pula seberapa baik komunikasi dan dukungan di antara kita dan atasan.
"Suasana itu penting, dan jika kita tidak merasa aman untuk mengatakan ini, jangan lakukan," katanya.
Baca juga: Cara Bicara dengan Atasan soal Kelelahan dan Beban Kerja
Jika kita tidak mengatakan secara spesifik pemicu stres terkait pekerjaan yang menyebabkan kita tidak bahagia, atasan akan kesulitan membantu kita.
Percakapan kita dengan atasan menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan solusi.
"Percakapan itu harus menjadi percakapan yang sangat spesifik ke atasan, atau atasan akan mengatakan 'itu tugas Anda'," ucap Brown.
Bisa juga atasan mengatakan "saya ingin Anda memberi tahu saya dengan cara apa saya bisa membantu Anda".
Gorick Ng mengatakan, tantangan utama di tempat kerja ada tiga. Yaitu:
Beberapa masalah mungkin berada di luar kendali atasan untuk diperbaiki.
"Jika kita berada dalam organisasi di mana tidak ada kesempatan bagi kita untuk melakukan lebih banyak hal atau fokus pada sesuatu yang baru dan berbeda, maka kita perlu mencari di tempat lain," jelas Brown.
Curhat kepada atasan dapat membuka kembali kesempatan untuk menggali informasi dari atasan, apakah organisasi dapat membantu masalah kita atau tidak.
Sementara itu, disampaikan De Ala, kita hanya perlu memiliki ide tertentu agar atasan dapat membantu kita. Misalnya dengan mengatakan:
"Saya bersyukur atas peran ini dan tidak bahagia karena saya lelah dan saya ingin menemukan cara untuk melakukan pekerjaan yang lebih memuaskan," ungkap De Ala.
"Saya menghargai bimbingan dan saran Anda. Apa yang mungkin saya dapatkan dengan memelajari keahlian baru atau mendapatkan peran baru?"
Baca juga: 10 Tanda Atasan yang Toksik dan Cara Menghadapinya
Lara Hogan, penulis "Resilient Management" menjelaskan, ada empat pertanyaan yang harus ditanyakan pada diri sendiri untuk menentukan apakah percakapan dengan atasan dapat mengubah ketidakbahagiaan kita atau tidak.
Pertanyaan itu meliputi:
Jika kita dapat menyesuaikan kebutuhan kita dengan atasan, kita dapat membuat percakapan yang lebih positif, seperti "saya melihat langkah saya selanjutnya di sini. Dan saya ingin belajar lebih banyak tentang hal ini."
"Apabila kita tidak dapat menemukan cara untuk menyatukan apa yang menjadi perhatian atasan dengan apa yang kita butuhkan, mungkin inilah saatnya mencari peran atau pekerjaan baru," tutur Hogan.
De Ala mencontohkan, ketika dia bekerja sebagai account manager di bagian penjualan suatu perusahaan, dia berani mengungkapkan pada atasan betapa dirinya membenci bagian itu.
"Saya menjelaskan, saya sudah lama tidak bahagia dan saya bisa terus melakukannya, tetapi tidak lama," sebut De Ala.
"Saya berfokus menyatakan kebenaran dan pengalaman saya tentang pekerjaan itu."
"Kemudian saya menyampaikan permintaan saya kepada bos agar dapat membantu saya tetap di perusahaan dan mengembangkan jalur karier baru karena saya masih ingin berada di sana."
"Hanya saja saya tidak ingin melakukan apa yang sudah saya lakukan di bagian penjualan," imbuhnya.
Pada akhirnya, De Ala berhenti dan beralih ke karier baru.
"Saya merasa lega untuk jujur dan berhenti menunjukkan seolah-olah saya bahagia di sana," ujarnya.
"Atasan saya dapat menerima ini dan mendukung saya dengan cara yang dia bisa, meskipun saya akhirnya beralih."
Baca juga: 5 Cara Bijaksana Mengungkapkan Beda Pendapat dengan Atasan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.