ART maupun pengasuh adalah orang yang dekat dengan kehidupan mereka dan begitu dikenal.
"Mereka merasa bersalah. Mereka mungkin merasa itu terjadi karena mereka jahat."
Akan lebih sulit mengenali tanda-tanda kekerasan pada anak, jika mereka tidak bisa menyampaikannya kepada kita, misalnya karena masih terlalu kecil atau tidak terlalu komunikatif.
"Yang dapat Anda lakukan adalah terus mengawasinya untuk mencari tanda-tanda bahwa semuanya tidak baik-baik saja," pesan Baxter.
Baca juga: Anak Sering Marah Tanpa Sebab? Mungkin Ini Penyebabnya
Beberapa tanda kekerasan seperti pendarahan dan luka dalam cenderung lebih sulit diketahui.
Kecuali jika kita membawa anak ke dokter karena menangis, rewel dan curiga akan kondisi fisiknya.
Kekerasan emosional yang dialami anak, yang disebabkan ancaman dan pelecehan terus-menerus, bahkan lebih sulit dideteksi.
"Sekitar 3 juta laporan pelecehan anak dibuat secara nasional setiap tahun, dan populasi berisiko tertinggi adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun," kata Baxter.
Untuk mencegah tindakan ini, prang yang hidup bersama ART atau pengasuh perlu memasang kamera tersembunyi di berbagai sudut dalam rumahnya.
Alat ini memastikan kita bisa terus memantau semua aktivitas anak meskipun sedang keluar rumah.
Kekerasan yang dilakukan ART atau pengasuh pada anak terjadi di luar pengawasan orangtua.
Namun bukan berarti kita tidak bisa mendeteksinya dari perilaku anak atau gejala lainnya.
Dikutip dari Baby Center, ada sejumlah tanda anak kita mengalami kekerasan dari pengasuhnya antara lain:
Anak cenderung menangis dan melawan ketika tiba waktunya untuk pergi ke tempat penitipan anak.
Mereka juga menjadi lebih ketakutan ketika harus ditinggalkan hanya bersama pengasuhnya.