Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekerasan ART dan Pengasuh pada Anak, Mimpi Buruk Orangtua

Kompas.com - 18/03/2022, 17:08 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Kekerasan yang dilakukan Asisten Rumah Tangga (ART) dan pengasuh pada anak merupakan mimpi buruk para orangtua.

Karena pekerjaan, kadang kita harus meninggalkan anak di rumah atau di tempat penitipan dalam asuhan orang lain.

Demi anak, kita berusaha mendapatkan ART maupun pengasuh yang terbaik dengan melakukan berbagai seleksi dan tak ragu mengeluarkan biaya yang mahal.

Baca juga: 4 Tanda Pengasuh Anak yang Tak Profesional, Bisa Dikenali Sejak Awal

Namun tetap saja kita mengkhawatirkan keselamatan anak, apalagi dengan berbagai berita buruk soal kekerasan ART yang beredar di luar sana.

Risiko kekerasan yang dilakukan ART dan pengasuh pada anak

Orangtua kadangkala mengabaikan sejumlah tanda-tanda kekerasan yang dialami anak.

Selain tidak kentara, kita juga umumnya tidak ingin berpikiran buruk atau menghadapi situasi sulit

Di sisi lain, bahkan ketika kita benar-benar memperhatikan gejala fisik dan perubahan perilaku yang mungkin mengarah pada pelecehan, mungkin sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Anda selalu bermain tebak-tebakan," kata Kathy Baxter, direktur San Francisco Child Abuse Council, Amerika Serikat. 

Ada banyak alasan anak menjadi rewel atau menarik diri namun orangtua seharusnya mampu mengenali karakter buah hatinya sendiri.

"Jadi Anda harus mencoba untuk mengumpulkan gambaran dan mengikuti insting Anda."

Baca juga: Viral ART Campur Susu dengan Obat, Ini 6 Tips agar Anak Aman Bersama Pengasuh di Rumah

Jika anak cukup besar untuk berkomunikasi dengan baik, Baxter menyarankan untuk mengajukan beberapa pertanyaan sederhana.

Misalnya, "Apakah ada sesuatu yang terjadi pada kamu hari ini yang tidak disukai?" atau "Pernahkah kamu ketakutan di tempat penitipan anak?".

Jika terbiasa memberi tahu orangtuanya soal apa yang membuatnya tidak nyaman, anak akan cenderung memberitahu kita jika ada hal yang salah.

"Ketika berbicara tentang pelecehan dan pengabaian, kebanyakan anak mengatakan yang sebenarnya," kata Baxter lagi.

Trauma benturan kepala bisa mengakibatkan pendarahan pada otak.Unsplash/Marcos Paulo Trauma benturan kepala bisa mengakibatkan pendarahan pada otak.
Namun dalam kebanyakan kasus, anak merasa enggan terbuka karena takut membuat orang itu mendapatkan masalah.

ART maupun pengasuh adalah orang yang dekat dengan kehidupan mereka dan begitu dikenal.

"Mereka merasa bersalah. Mereka mungkin merasa itu terjadi karena mereka jahat."

Akan lebih sulit mengenali tanda-tanda kekerasan pada anak, jika mereka tidak bisa menyampaikannya kepada kita, misalnya karena masih terlalu kecil atau tidak terlalu komunikatif.

"Yang dapat Anda lakukan adalah terus mengawasinya untuk mencari tanda-tanda bahwa semuanya tidak baik-baik saja," pesan Baxter.

Baca juga: Anak Sering Marah Tanpa Sebab? Mungkin Ini Penyebabnya

Beberapa tanda kekerasan seperti pendarahan dan luka dalam cenderung lebih sulit diketahui.

Kecuali jika kita membawa anak ke dokter karena menangis, rewel dan curiga akan kondisi fisiknya.

Kekerasan emosional yang dialami anak, yang disebabkan ancaman dan pelecehan terus-menerus, bahkan lebih sulit dideteksi.

"Sekitar 3 juta laporan pelecehan anak dibuat secara nasional setiap tahun, dan populasi berisiko tertinggi adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun," kata Baxter.

Untuk mencegah tindakan ini, prang yang hidup bersama ART atau pengasuh perlu memasang kamera tersembunyi di berbagai sudut dalam rumahnya.

Alat ini memastikan kita bisa terus memantau semua aktivitas anak meskipun sedang keluar rumah.

Tanda-tanda kekerasan ART dan pengasuh kepada anak, kenali gejalanya

Ilustrasi anak tantrum.SHUTTERSTOCK/PKPIX Ilustrasi anak tantrum.
Kekerasan yang dilakukan ART atau pengasuh pada anak terjadi di luar pengawasan orangtua.

Namun bukan berarti kita tidak bisa mendeteksinya dari perilaku anak atau gejala lainnya.

Dikutip dari Baby Center, ada sejumlah tanda anak kita mengalami kekerasan dari pengasuhnya antara lain:

Menangis, melawan, dan tampak ketakutan

Anak cenderung menangis dan melawan ketika tiba waktunya untuk pergi ke tempat penitipan anak.

Mereka juga menjadi lebih ketakutan ketika harus ditinggalkan hanya bersama pengasuhnya.

Kadangkala ini bisa menjadi reaksi normal ketika harus berpisah dengan orangtuanya.

Sebagai orangtua, kita perlu membedakannya dengan naluri dan insting alami.

Menunjukkan perubahan perilaku mendadak

Anak yang menunjukkan perubahan perilaku mendadak di tempat penitipan, sekolah atau di rumah juga bisa menjadi gejala kekerasan yang dialaminya.

Baca juga: Ciri-ciri Pengasuh Anak Bekerja Tidak Baik

Bekas luka yang tidak bisa dijelaskan

Saat anak memiliki bekas luka yang tidak bisa dijelaskan, apalagi berulang kali, maka orangtua perlu curiga kepada ART atau pengasuhnya.

Misalnya lecet, luka bakar, patah tulang, mata hitam, luka, bekas gigitan, atau cedera lainnya.

Baca juga: Berkaca dari Kasus Kekerasan pada Anak di Cengkareng, KPAI Sebut Diperlukan Standardisasi Profesi ART

Jika anak masih bayi, pelajari tanda-tanda Shaken Baby Syndrome (SBS) – yang oleh dokter disebut trauma kepala kasar.

Cedera berulang dari jenis apa pun adalah tanda peringatan yang harus segera disikapi orangtua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com