KOMPAS.com - Aksi pawang hujan di gelaran MotoGP Mandalika 2022 menjadi salah satu yang paling menarik perhatian.
Cuaca yang sebelumnya panas terik mendadak hujan deras sehingga race harus diundur demi keselamatan para pembalap.
Demi kelancaran Pertamina Grand Prix of Indonesia yang amat dinanti, pawang hujan akhirnya turun tangan dengan rangkaian ritualnya.
Baca juga: Risiko Heat Stroke, Alasan Pembalap MotoGP Mandalika Merendam Diri
Aksinya ini sempat menjadi tontonan publik dan, tentunya, pembahasan netizen di media sosial.
Banyak yang mengaku malu dengan ritual tersebut karena berbau klenik, yang tidak masuk akal di era modern ini.
Namun banyak pula yang menganggapnya sebagai local wisdom Bangsa Indonesia sehingga bukan hal yang memalukan.
Terlepas perdebatan yang terjadi, siapa sangka, ritual pawang hujan itu membuahkan hasil dan MotoGP Mandalika 2022 akhirnya bisa dimulai.
Ritual pawang hujan tentunya sudah sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya ketika sedang ada acara besar.
Pernikahan, acara budaya, sampai tradisi kampung adalah momen yang biasanya menyertakan sosok pawang hujan.
Meski banyak yang sangsi dengan keampuhannya, toh banyak yang memanfaatkannyaa demi kelancaran hajat.
Bangsa Indonesia sebenarnya bukan satu-satunya negara yang masih menerapkan praktik pawang hujan di era serba digital ini.
Baca juga: Perlukah Pawang Hujan untuk Pesta Pernikahan Anda?
Masyarakat sesama negara Asia Tenggara, Thailand menghalau hujan dengan menggunakan serai dan seorang gadis perawan.
Dikutip dari Bangkok Post, Andrew Biggs penulis Australia yang bertugas di Chiang Mai, Thailand mengaku menyaksikan sendiri keampuhan praktik pawang hujan ini.
Masyarakat setempat menancapkan sebatang serai ke tanah dan meminta seorang gadis perawan berdoa agar hujan berhenti turun.
Ritual ini dipercaya dapat menangkal awan badai sehingga cuaca hari itu lebih cerah dan acara bisa berjalan lancar.