Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Sampul Majalah TIME NFT Pertama, Pangeran Kripto Ini Dihujat

Kompas.com - 23/03/2022, 14:41 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Majalah TIME resmi mengumumkan edisi pertama untuk majalahnya yang tersedia sebagai NFT di blockchain.

Bertajuk "The Prince of Crypto Has Concerns", Majalah TIME memilih pendiri Ethereum yang dijuluki sebagai "Pangeran Kripto", Vitalik Buterin, untuk menghiasi sampul majalahnya.

Dalam sampul majalah tersebut, Buterin tampil sederhana dengan kaos hitam, jam tangan, dan celana biru tua.

Penampilan "seadanya" itu mengundang perhatian sebab biasanya sosok yang menjadi sampul Majalah TIME menunjukkan kesan yang berwibawa dan classy ketika berpose.

Beberapa pengguna Twitter bahkan melontarkan nyinyiran kepada Buterin. Tidak sedikit yang menjadikan sampul Majalah TIME yang menampilkan sosoknya sebagai meme.

Cibiran yang dilayangkan kepada Buterin dikarenakan postur tubuhnya yang kurang ideal dan "tidak menunjukkan aura kesuksesan" seperti pesohor dunia lainnya.

The Prince of Crypto Has ConcernsMajalah TIME The Prince of Crypto Has Concerns
Padahal, Buterin bukanlah orang sembarangan dam bisa dibilang sebagai orang paling berpengaruh di dunia kripto saat ini.

Kiprah dan buah pemikiran Buterin juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab, di balik penampilan sederhananya itu, ia memiliki pundi-pundi uang yang berlimpah.

Sebenarnya, siapa sosok Buterin itu?

Buterin dapat dikatakan melahirkan keajaiban di dunia kripto dengan mendirikan Ethereum ketika usianya baru menginjak 21 tahun.

Buterin yang lahir di sebuah kota kecil dekat Moskow sudah berkecimpung dalam Bitcoin sejak tahun awal pendirian mata uang kripto ini.

Sejak kecil Buterin memang sudah menunjukkan ketertarikan pada dunia pemrograman dan digital.

Tidak mengherankan bila ayahnya kemudian memperkenalkan Bitcoin kepada Buterin pada bulan Februari 2011.

Karena ketertarikannya pada dunia pemrograman, Buterin lantas mengikuti hasratnya dengan melanjutkan studi di ilmu komputer di University of Waterloo.

Tetapi, seperti halnya miliarder putus sekolah lainnya, ia berhenti dari tahun pertamanya kuliah untuk fokus membangun Ethereum.

Ide Ethereum dimulai setelah Buterin bertemu dengan pengembang Bitcoin yang membantunya menemukan banyak keterbatasan dalam mata uang ini.

Buterin ingin membuat versi Bitcoin yang baru dan lebih baik yang memungkinkan skalabilitas dan aplikasi lebih banyak dengan visi ambisius untuk merancang ulang web secara radikal.

Dan pada akhirnya Buterin mampu melakukannya dengan meluncurkan mata uang saingan Bitcoin pada umurnya yang baru 21 tahun meskipun ada orang-orang yang meragukan inovasinya.

Sekarang, Ethereum adalah dasar dari proyek kripto yang tak terhitung jumlahnya, termasuk industri NFT yang sedang booming.

Dan dari keberhasilannya mendirikan Ethereum, pria asal Rusia tersebut disinyalir memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 14 triliun.

Mata uang yang diciptakan Buterin saat ini merupakan cryptocurrency terbesar kedua di belakang Bitcoin, dengan ekosistem triliunan Dollar AS.

Memanfaatkan teknologi blockchain, Ethereum membuka jalan bagi internet terdesentralisasi open-source baru yang sekarang dikenal sebagai Web3.

Saat diwawancarai Majalah TIME, Buterin mengungkapkan rasa bangga dan dan takut pada ciptaannya.

Salah satu hal yang ia ungkapkan adalah kekhawatiran terhadap penyalahgunaan cryptocurrency.

Seperti untuk melakukan pencucian uang, melarikan aset, menghindari tagihan pajak, dan penipuan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com