Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengulik Sisi Psikologis Kebiasaan Pamer Harta dan Pencapaian Diri

Kompas.com - 24/03/2022, 18:03 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Pamer kini menjadi kebiasaan yang sudah sangat lazim kita dapati di media sosial maupun dunia nyata.

Perilaku ini mungkin menyebalkan bagi kita namun juga menjadi hal yang amat dinantikan sebagian orang lainnya.

Terbukti, konten para selebgram dan crazy rich yang berbau pamer di media sosial selalu laris manis disimak netizen.

Misalnya ketika orang yang mengaku kaya ini naik jet pribadi, liburan mewah ke Eropa atau belanja barang branded dengan harga fantastis.

Baca juga: Mengapa Para Crazy Rich Terobsesi dengan Jet Pribadi?

Mengapa orang gemar pamer harta dan pencapaiannya?

Indra Kenzinstagram.com/indrakenz Indra Kenz
Jika seseorang benar-benar kaya dan sukses, mengapa mereka harus memamerkan dirinya?

Pertanyaan ini mungkin ada di benak banyak orang khususnya dengan fenomena flexing yang kini merajalela.

Baca juga: Flexing, Tren Pamer Harta demi Gengsi dan Status Sosial

Dikutip dari Psychology Today, pamer adalah bentuk promosi diri yang tidak selalu buruk, jika dilihat dari berbagai aspek.

Kadangkala kita memang harus menyampaikan pencapaian diri sehingga mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Namun pamer, yang cenderung berlagak, adalah perilaku serampangan yang sekedar mencari pujian tanpa menawarkan imbalan apapun.

Mereka memuaskan diri sendiri tanpa memberikan nilai atau manfaat apapun bagi orang yang dipameri atau menjadi penonton perilaku itu.

Penonton sebenarnya mungkin memaafkan atau tidak peduli dengan perilakunya itu dan sebenarnya orang yang pamer itu tahu benar soal itu.

Baca juga: Hobi Follow Crazy Rich di Instagram? Awas Dampak Buruknya Bagi Mental

Penelitian menunjukkan, hanya dengan mengklaim di atas rata-rata pada beberapa bakat atau keterampilan terbukti dapat membuatnya penonton yakin akan kompetensinya, setidaknya sampai klaim tersebut terbukti salah.

Artinya, perilaku pamer bisa berhasil karena audiens tidak, atau belum, memiliki informasi yang cukup untuk mengevaluasi hal yang dipamerkan.

Pamer dijadikan ekspresi kebanggaan atas diri sendiri

Pamer, flexing, dan berbagai tindakan memuji diri sendiri merupakan ekspresi kebanggaan.

Namun perilaku ini bisa saja menandakan mereka hanya butuh penonton untuk ucapan selamat bagi diri sendiri itu namun tidak perlu mendukungnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com