Kondisi tersebut pun dipengaruhi tingkat kerusakan, usia orang tersebut, kesehatan umum orang tersebut dan kemampuannya untuk pulih.
Berdasarkan gejalanya, afasia dikategorikan dalam berbagai jenis. Salah satu cara umum mengategorikannya adalah berdasarkan tiga pola berikut:
Orang dengan afasia broca atau yang sering disebut afasia ekspresif ini mungkin memahami apa yang dikatakan orang lain lebih baik daripada yang bisa mereka ucapkan.
Orang dengan pola afasia ini berjuang untuk mengeluarkan kata-kata, berbicara dalam kalimat yang sangat pendek, dan menghilangkan kata-kata.
Seorang pendengar biasanya dapat memahami artinya, tetapi orang dengan pola afasia ini sering kali menyadari kesulitan mereka berkomunikasi dan mungkin menjadi frustrasi.
Mereka mungkin juga mengalami kelumpuhan atau kelemahan sisi kanan.
Orang dengan pola afasia ini (juga disebut fasih atau afasia wernicke) dapat berbicara dengan mudah dan lancar dalam kalimat yang panjang maupun rumit, yang tidak masuk akal atau menyertakan kata-kata yang tidak dapat dikenali, salah, atau tidak perlu.
Tapi, mereka biasanya tidak mengerti bahasa lisan dengan baik dan sering tidak menyadari bahwa orang lain tidak dapat memahami mereka.
Pola afasia ini ditandai dengan pemahaman yang buruk dan kesulitan membentuk kata dan kalimat.
Afasia global adalah hasil dari kerusakan luas pada jaringan bahasa otak, sehingga orang dengan afasia global memiliki cacat parah dengan ekspresi dan pemahaman.
Afasia terjadi akibat kerusakan pada satu atau lebih area otak yang bertanggung jawab untuk memproduksi dan memproses bahasa.
Afasia sering kali dapat terjadi secara tiba-tiba, namun setelah terjadi kondisi seperti stroke (penyebab paling umum) atau cedera kepala, operasi otak, tumor otak, infeksi otak, serta gangguan neurologis seperti demensia.
Di samping itu, kerusakan otak juga dapat mengakibatkan masalah lain yang memengaruhi bicara.
Masalah-masalah ini termasuk disartria (kelemahan atau kurangnya kontrol pada otot-otot wajah atau mulut yang mengakibatkan bicara lambat atau tidak jelas), apraksia (ketidakmampuan untuk menggerakkan bibir atau lidah dengan cara yang benar untuk mengucapkan suara), dan disfagia (masalah menelan).
Perawatan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan komunikasi, serta mengembangkan metode komunikasi lain yang diperlukan.