Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mandi Air Es demi Redakan Nyeri Otot, Simak Penjelasannya...

Kompas.com - 31/03/2022, 11:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa dari kita mungkin pernah melihat atau mendengar bahwa para atlet memiliki kebiasaan mandi di dalam bak besar berisi air dingin setelah pertandingan besar.

Kebiasaan itu disebut juga sebagai terapi dingin atau perendaman air dingin yang pada dasarnya merupakan praktik mandi air es setelah melakukan aktivitas fisik.

Tapi tidak seperti mandi panjang dan santai yang mungkin kita lakukan untuk tujuan perawatan diri, mandi air es biasanya dilakukan dengan cepat atau hanya berendam terapeutik dalam air dingin yang diisi dengan es batu.

Yang terbaik adalah melakukannya, dimulai dengan lima menit dan maksimalkan pada 10 menit.

Baca juga: Mandi Air Es Setelah Olahraga Bikin Otot Lemah

Namun, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa setelah dua hingga tiga menit, manfaat tambahan dari mandi air es ini bisa berkurang.

Cara membuat pemandian air es

Seorang dokter spesialis kedokteran olahraga, Dr Dominic King mengatakan, kita dapat membuat pemandian es dengan mengisi setengah bak mandi dengan air dingin dan kemudian menambahkan tiga kantong besar es.

"Atau gunakan wadah yang lebih kecil untuk fokus pada bagian tubuh yang lebih kecil seperti siku," sambung dia.

Nah, untuk melakukan praktik mandi air es ini, suhu air tidak boleh lebih dingin dari sekitar 11,6 derajat celcius.

Tetapi, jika kita baru mengenal pemandian es, King pun merekomendasikan kita untuk memulainya dengan air yang lebih hangat yakni 20 derajat celcius.

Yang tidak boleh melakukannya

Sebelum mencoba mandi air es, penting untuk mengetahui apakah itu aman untuk kita atau tidak.

Lakukan pemeriksaan dengan dokter sebelumnya karena mandi air es dapat memiliki efek negatif dan berpotensi berbahaya pada orang yang memiliki kondisi medis tertentu.

Baca juga: Ditantang Zuckerberg, Bill Gates Mandi Air Es

Kondisi-kondisi yang dimaksud meliputi:

• Orang dengan penyakit jantung

• Tekanan darah tinggi atau hipertensi

• Diabetes

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com