Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Menarik di Balik Koper Ikonik Louis Vuitton

Kompas.com - 01/04/2022, 14:06 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Di situlah perusahaan terus berinovasi, selain mengajukan paten untuk engsel dan gesper khusus, adopsi awal bahan dan teknologi baru Louis Vuitton membantu menegaskan dominasinya di pasar koper perjalanan.

Tak butuh waktu lama, koper buatan Louis Vuitton yang dilengkapi dengan laci serbaguna itu cukup laris dan dipakai orang saat bepergian dengan kapal uap kelas suite hingga kereta api kelas satu.

Entah bagaimana caranya, koper-koper ini sering terpampang di bagasi kapal uap dan kereta api sehingga menarik banyak klien kaya.

Tak terkecuali istri Napoleon II hingga Permaisuri Euginie de Montijo yang memesan sejumlah jenis koper untuk menyimpan barang-barang pribadinya.

Berbekal pengalaman dan pemahamannya seputar lini bisnis adibusana dan berbagai rencana ke depan, membuat dirinya menciptakan berbagai koper yang berhubungan dengan perjalanan.

Sementara fitur utama koper ikoniknya tetap sama selama bertahun-tahun, ia terus berkreasi untuk memperkenalkan beragam inovasi kanvas sebagai material koper rancangannya.

Koper pertamanya menampilkan kanvas abu-abu solid yang dikenal sebagai Trianon yang diproduksi pada tahun 1858-1876.

Kemudian lahir koper kanvas Raynee pada 1876-1888 dengan pola garis-garis coklat dan krem.

Setelah 1888 ia mengenalkan koleksi koper kanvas Damier dengan pola kotak-kotak yang hadir dalam dua skema warna.

Bisnis diwarisi ke George Vuitton 

Setelah kematian Louis Vuitton pada 1892, perusahaannya itu diwariskan kepada putranya, George Vuitton yang menghadirkan koper kanvas Monogram LV yang sekarang menjadi ikon untuk diperkenalkan sebagai penghormatan bagi sang ayah. Monogram tersebut dipatenkan pada tahun 1896.

George mendapat inspirasi untuk desain kanvas bermotif bunga dan quatrefoil untuk dipadukan dengan monogram LV.

Setiap kali hadir barang-barang bermaterial kulit mewah, dianggap sebagai langkah inovasi pada saat itu.

Setiap inisial yang terlihat di tampilan luar barang, langsung menandakan bahwa produk tersebut keluaran LV (Louis Vuitton).

Pola klasik ini telah direproduksi dan didesain ulang selama beberapa dekade, hingga menjadi pilar kokoh bagi merek Louis Vuitton.

Inovasi yang dilakukan George melanjutkan visi ayahnya untuk menciptakan koper mewah berbahan alumunium. 

Koper tersebut dikombinasikan dengan seng, tembaga dan kuningan yang dirancang untuk bepergian ke negera eksotis seperti Asia dan Afrika yang diproduksi sepanjang 1890-an.

Satu bagasi aluminium dari tahun 1892 dijual seharga 291.244 dollar AS atau Rp 4,1 miliar di Christie's London pada tahun 2018. Koper ini menjadi koper perjalanan Louis Vuitton termahal yang pernah ada.

Baca juga: Dilelang, Sneaker Louis Vuitton dengan Tanda Tangan Virgil Abloh

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com