Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Stres, Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Membantunya

Kompas.com - 01/04/2022, 17:00 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Parents

KOMPAS.com - Tak hanya orang dewasa, anak pun bisa stres. Penyebabnya pun bermacam-macam, mulai dari tekanan di sekolah hingga faktor eksternal seperti pandemi.

Anak yang mengalami stres, entah itu anak kecil atau anak yang sudah lebih besar seperti remaja biasanya mengalami perubahan perilaku.

Misalnya, perubahan kebiasaan makan dan waktu tidur, nampak sedih, mudah marah, sakit kepala, atau sakit perut.

Anak kecil juga terkadang lebih menempel pada orangtuanya ketika stres, mengalami mimpi buruk, dan lebih sering menangis.

Baca juga: 5 Cara Hadapi Stres pada Anak Saat Pandemi

Anak juga biasanya akan mengalami batuk atau memperlihatkan beberapa kebiasaan, seperti mengunyah rambut atau menggigit jari.

Lalu pada anak yang lebih besar seperti pra- remaja, remaja, dan dewasa muda, biasanya mereka akan mengalami gangguan tidur, seperti insomnia, hypersomnia, dan sulit tidur dan perubahan perilaku sosial.

Penyebab stres pada anak

Seperti sudah disebutkan di atas, ada beberapa faktor pemyebab stres pada anak yang dapat menyebabkan ia panik, takut, atau kerepotan.

Berikut ini, ada beberapa penyebab stres umum pada anak berusia 18 bulan hingga 18 tahun.

Separation anxiety merupakan salah satu penyebab stres utama bagi bayi dan anak-anak.

"Meski separation anxiety biasanya merupakan respons sehat setelah terpisah, itu bisa menjadi reaksi dari stressor yang tak berkaitan, seperti day care baru."

Baca juga: 5 Langkah Mengatasi Stres pada Anak Praremaja di Masa Pandemi

 

Demikian kata psikolog dan pendiri dari Parenting Playgroups dan Parenting by Dr. Ren, Rene Hackney.

Menurut Hackney, saat ada stressor, toleransi anak pada frustasi menurun, membuat anak sulit unfuk berpisah dan panik jika berasa jauh dari prngaduh utamanya.

  • Perubahan dalam keluarga

Perubahan besar dalam keluarga seperti krmatian, perceraian, atau rumah baru dapat membuat anak stres.

"Kombinasi dari emosi yang meningkat, jadwal yang terganggu, dan rutinitas yang tidak biasa dapat membuat anak yang paling santai pun merasakan ketegangan."

Demikian kata Elizabeth Pantley, penulis dari The No-Cry Separation Anxiety Solution.

Bahkan, perubahan positif seperti kelahiran saudara kandung pun, bisa membuat anak stres.

  • Sekolah

Menurut Medline Plus, sebuah situs dari National Library of Medicine dan National Institute of Health, sekolah dapat menjadi pemicu stres utama bagi anak-anak, remaja, remaja, dan dewasa muda.

Khawatir tentang tugas sekolah atau nilai, tanggung jawab dan mengatasi masalah dengan teman, intimidasi, atau tekanan kelompok sebaya, semuanya dapat menyebabkan anak merasa stres.

Baca juga: 7 Tips Atasi Stres pada Anak di Tengah Pandemi Covid-19

  • Jadwal yang merepotkan

Anak-anak hidup di masa sekarang dan senang meluangkan waktu untuk menikmati dunianya.

Jadi. menjadwalkan anak untuk melakukan kegiatan yang berbeda atau terburu-buru dari satu tempat ke tempat lain dapat menciptakan stres.

  • Peristiwa besar yang tak terduga

Peristiwa besar yang menakutkan, seperti bencana alam, penembakan di sekolah, atau serangan teroris,mdapat mempengaruhi anak-anak dari segala usia.

Bahkan paparan film atau iklan menakutkan yang tidak disengaja di televisi dapat memengaruhi anak.

  • Pubertas

Mengalami perubahan tubuh saat pubertas juga bisa membuat stres. Masa ini penuh dengan hal-hal yang tidak diketahui anak dan kecanggugan yang dapat menyebabkan stres.

 

Membantu anak melewati stres

Untuk membantu anak melewati stres yang dideritanya, orangtua bisa melakukan beberapa hal.

Contohnya, berikut ini.

  • Tetap tenang

Pantley mengatakan, orangtua perlu tetap tenang dan mengakui perasaan anak saat anak stres.

Namun di saat yang sama, orangtua juga perlu menjelaskan bahwa tak akan ada hal buruk yang terjadi meski kita meninggalkan anak sementara.

Baca juga: 5 Langkah untuk Mengelola Stres pada Anak Saat Belajar Online

Untuk itu, Dr. Hackney menyarankan sebuah taktik yang dia sebut sebagai "matter-of-fact empathy.”

Artinya, pesan perlu disampaikan melalui kata-kata, bahasa tubuh, dan nada suara yang memperlihatkan bahwa kita memahami perasaan anak, tetapi tidak mengubah arah pembicaraan.

Misalnya jika seorang anak tidak ingin pergi ke penitipan anak, katakan, 'Ibu tahu ini sangat sulit dan kamu tidak ingin pergi,” tapi terusakan rutinitas seperti biasa dan keluar seperti yang direncanakan.

Dengan cara ini, kita seakan memahami anak. Namun tetap bisa melanjutkan kegiatan.

  • Tetap pada jadwal

Menurut Dr. Hackney, rutinitas sangat penting bagi balita dan anak kecil, karena jadwal membantu mereka merasa terkendali dan menciptakan rasa tenang.

Terlebih lagi, penting untuk menjaga waktu tidur yang konsisten. Sebab, anak-anak dari segala usia dapat menjadi stres ketika mereka terlalu lelah.

"Untuk membantu anak mengatasi tekanan hidup, pastikan dia mendapatkan tidur malam yang baik, tidur siang yang cukup, makanan sehat, dan banyak aktivitas sehari-hari," kata Pantley.

Baca juga: 5 Langkah untuk Mengelola Stres pada Anak Saat Belajar Online

  • Luangkan waktu istirahat

Berikan waktu yang cukup untuk istirahat, tidur siang, dan persiapan untuk aktivitas.

"Anak-anak hidup menurut jam yang jauh lebih lambat daripada orang dewasa," ungkap Pantley.

"Mereka tidak memikirkan apa yang mungkin mereka lakukan selanjutnya."

"Mereka berhenti sejenak saat melihat kucing tidur, memeriksa pola warna di karpet, dan menatap ke luar jendela."

Jadi periksa jadwal kita untuk memastikan kita fokus. pada prioritas dan meluangkan waktu untuk menikmati kebersamaan dengan anak.

  • Buat rencana dan luangkan waktu untuk memproses

Menurut Hackney, bagaimana orangtua mendiskusikan tentang stresor dan menjawab pertanyaan anaknya akan memberi anak batasan terkait bagaimana seharusnya seseorang memahami stres

Misalnya, jika ada seseorang yang meninggal dan kita perlu memberitahu anak, katakan saja dengan jujur.

Baca juga: Bermain Ternyata Bisa Lepaskan Stres pada Anak

Contohnya, dengan mengatakan, “Ibu ingin memberi tahu kalau Nenek sakit parah dan dia meninggal.”

Jika anak memiliki pertanyaan, putuskan cara untuk menggambarkannya sesuai dengan usia, kedewasaan, dan tingkat kenyamanan anak dan beri waktu untuk memproses informasi tersebut.

  • Pantau paparan TV

Berhati-hatilah dengan program yang ditonton anak. Sebab, program seperti berita menampilkan kekerasan.

Jadi, cobalah batasai waktu kita menonton berita malam dan menjadwalkan waktu menonton yang berbeda untuk anak-anak dengan usia yang berbeda.

Kita juga bisa membuat semua program yang ditonton merupakan program semua umur jika ada anak kecil dalam ruangan.

Baca juga: Anak Juga Bisa Stres, Begini Cara Menghilangkan Stres pada Anak

  • Memberi lebih banyak cinta, pelukan, dan ciuman

Saat menyesuaikan diri dengan perubahan, perhatian ekstra bisa membuat anak lebh nyaman dan beradaptasi dengan pola baru.

Terlepas dari positif atau negatifnya stressor, afeksi lebih dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan pengaturan diri anak, membuatnya slebih fleksibel dan tahan pada perubahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Parents
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com