Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 12/10/2022, 08:45 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kebahagiaan mungkin terdengar seperti sesuatu yang sederhana. Namun untuk mencapainya, rupanya bukanlah hal mudah.

Apalagi dalam budaya kita, kebahagiaan kerap diidentikkan dengan pencapaian dan kesuksesan.

Selain itu, Psikoterapis Kogntif dan Ahli Kecemasan Niro Feliciano mengungkapkan bahwa kebahagiaan yang identik dengan hal-hal di atas bisa sulit dipertahankan karena sifatnya tidak konsisten.

Namun di sisi lain, Feliciano berpendapat bahwa ada kebahagiaan yang tidak didasarkan pada perolehan atau pencapaian, yaitu penghargaan atau kepuasan.

Artinya, kita bisa menjadi puas hanya dengan memahami siapa diri kita, di mana kita berada, dan apa yang kita miliki bisa jadi jalan untuk mendapatkan kebahagiaan.

Nah berdasarkan pengalamannya, Feliciano menyimpulkan ada empat alasan mengapa seseorang sulit merasa bahagia,

Berikut daftarnya.

Sering membanding-bandingkan

Sulit rasanya merasa puas dengan kehidupan jika kita terus membandingkan hidup kita dengan pengalaman orang lain.

Apalagi, hampir semua orang membandingkan dirinya dengan orang yang telah mencapai kesuksesan yang lebih tinggi dari dirinya, bukan membandingkan dengan yang di bawahnya.

Menurut Feliciano, proses membanding-bandingkan ini akan menghasilkan ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan. Sebab, kita selalu merasa kurang dari orang lain.

Namun, Feliciano mengatakan bahwa saat orang-orang yang hobi membandingkan itu menyadari ada yang hidup lebih sulit darinya, mereka mulai berpikir lebih positif.

Lama kelamaan, mereka akan merasa bahwa hidupnya unik dan berharga.

Baca juga: Kenapa Kita Sering Membandingkan Diri Dengan Orang Lain di Medsos?

Tidak bertanggung jawab dan menyalahkan orang lain

Orang-orang yang sulit bertanggung jawab akan sulit menjalin hubungan dengan orang lain, terutama hubungan dekat yang penuh tantangan.

Orang-orang seperti ini biasanya tidak sadar kalau ia memicu situasi yang membuat dirinya sendiri meraa tidak bahagia.

Dalam dunianya, mereka juga selalu merasa bahwa semua hal yang terjadi adalah salah orang lain.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com