KOMPAS.com - Puasa Ramadhan membutuhkan penyesuaian untuk orang yang memiliki riwayat kesehatan tertentu seperti penyakit diabetes.
Banyak orang dengan riwayat gula darah yang tinggi takut untuk berpuasa karena khawatir membahayakan kesehatannya.
Dokter spesialis penyakit dalam, RA Adaninggar,dr,SpPD, mengatakan penderita diabetes tetap memiliki risiko terjadinya kondisi berbahaya ketika berpuasa sehingga membutuhkan pemantauan ketat.
Baca juga: Olahraga dan Minum Susu, Membantu Tubuh Lebih Sehat Selama Puasa
Sejumlah risiko yang tidak diinginkan misalnya dehidrasi yang terjadi ketika tubuh kekurangan cairan, hipoglikemia (gula darah yang turun drastis) dan hiperglikemia (gula darah naik).
Kondisi lain yang perlu diwaspadai juga termasuk ketoasidosis (keasaman meningkat) dan trombosis (pembekuan darah).
"Kondisi diabetes yang gula darahnya sudah stabil boleh berpuasa dengan pemantauan ketat," katanya, seperti dikutip dari akun Instagramnya.
"Sedangkan yang kondisi gula darahnya tidak stabil (kadang drop kadang tinggi) lebih baik jangan berpuasa dulu karena risiko terjadinya komplikasi akut yang berbahaya lebih tinggi," pesannya.
Dokter Ning mengatakan ada sejumlah hal yang harus diperhatikan penderita diabetes ketika beribadah puasa di Bulan Ramadhan.
Misalnya melakukan penyesuaian nutrisi, aktivitas fisik, pengaturan dosis obat, pemantauan gula darah, dan memahami kapan kita harus membatalkan puasa demi menjaga kesehatan.
Baca juga: 7 Trik agar Tak Susah Bangun Sahur selama Bulan Puasa
Penderita diabetes disarankan membagi asupan kalori hariannya ketika sahur 30-40 persen, berbuka 40-50 persen dan camilan sehat sebanyak 10-20 persen.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.