KEPEMIMPINAN merupakan pembahasan yang sangat menarik karena subjek dan topiknya selalu berkembang. Kepemimpinan berkembang seiring dengan dinamika zaman. Pemimpin dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Karena itu, banyak kajian kepemimpinan yang melihat dari sudut pandang sikap pemimpin, pola pikir, respon terhadap lingkungan, dan lain sebagainya. Alhasil, muncul banyak tipologi kepemimpinan yang ada dan masih digunakan sebagai pola pikir praktis maupun kajian teoritis.
Baca juga: 5 Ciri Kepemimpinan Efektif dan Wajib Dipraktikkan
Beberapa tipologi kepemimpinan yang banyak dibahas adalah kepemimpinan transformasional, kepemimpinan transaksional, kepemimpinan adaptif, kepemimpinan autentik, kepemimpinan inklusif, dan kepemimpinan sosial. Semua tipe kepemimpinan tersebut memiliki sudut pandang dan dasar analisisnya. Akan tetapi, dalam tulisan ini, saya merumuskan 10 tipologi kepemimpinan berdasarkan konteks dan situasi.
Kazan & Bryant dalam bukunya yang berjudul Self-Leaderhsip: How to Become a More Effective, and Efficient Leader from the Inside Out, menjelaskan bahwa self-leadership adalah latihan mengendalikan pikiran, perasaan, dan tindakan menuju tujuan yang kita inginkan. Kata kuncinya adalah pengendalian. Inti dari self-leadership adalah pengendalian diri secara utuh.
Untuk memimpin orang lain, diri sendiri harus bisa dipimpin. Oleh karena itu, masalah dalam diri sendiri harus mampu kita selesaikan sebelum bisa bergerak untuk mengkoordinir orang lain.
Lao Tzu pernah mengatakan, “Mastering others is strength, mastering yourself is true power.” Jika diartikan dengan kontekstual, alasan seorang pemimpin bisa menginspirasi banyak orang adalah karena mereka telah mampu mengendalikan dirinya, menguasai pikiran dan tindakannya. Kekuatan tersebut termanifestasi ketika dia memimpin orang lain.
Contoh sederhananya adalah ketika kita memiliki target tertentu dalam jangka waktu tertentu. Tentu hal yang sulit untuk tetap fokus pada target yang kita buat, terlebih dengan berbagai dinamika dalam kehidupan. Selain itu, tentu ada banyak distraksi yang menganggu: dari lingkungan maupun media sosial.
Seseorang yang telah menguasai dirinya tidak akan terganggu dengan distraksi tersebut dan memfokuskan diri hanya terhadap hal-hal yang penting untuk meraih tujuannya.
Tipologi kepemimpinan jenis ini bukan untuk mendefinisikan perusahaan yang dibentuk oleh suatu keluarga, melainkan lebih kepada kepemimpinan dalam nucleus family. Pada dasarnya, kepemimpinan di dalam keluarga inti bertujuan untuk menguatkan ikatan antar satu sama lain dan menumbuhkan seluruh anggota keluarga menjadi pribadi yang lebih baik.
Kepemimpinan keluarga memiliki peran yang penting karena mereka membentuk pola pikir generasi selanjutnya, karena keluarga adalah rumah pertama dalam pendidikan generasi muda.
Baca juga: Menjemput Masa Depan dengan Kepemimpinan Multidimensi
Menurut Galbraith & Schvanevedlt (2009), setiap keluarga berbeda dalam kemampuan untuk menumbuhkan keluarganya ke arah positif. Selain itu, beberapa orang tua mungkin kesulitan menerapkan satu kepemimpinan tertentu. Akan tetapi, Galbraith & Schvanevedlt mengemukakan bahwa setiap aksi yang mengarah pada kepemimpinan positif akan berdampak positif pada keluarga jika dilakukan dengan cara mendorong pertumbuhan anggota keluarga.
Rekan-rekan mungkin sudah melihat sendiri bagaimana pola kepemimpinan keluarga di lingkungan masing-masing. Saya akan menambahkan ilustrasi, yaitu bagaimana orangtua membentuk suasana yang demokratis dan inklusif di lingkungan keluarga. Ayah, sebagai kepala keluarga, memiliki peran untuk mendorong anggota keluarga yang lain untuk aktif dalam menentukan beberapa keputusan, seperti tujuan liburan atau masa depan anak.
Sebagai kepala keluarga, ayah akan menghargai pendapat anggota keluarga lain dan bahkan melaksanakan keputusan yang sudah disepakati. Dalam konteks generasi selanjutnya, iklim seperti itu akan membantu mendorong anak bertumbuh menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
Cogliser & Brigham (2004) menggambarkan dengan singkat dan esensial tentang kepemimpinan kewirausahaan. Mereka mengatakan bahwa kepemimpinan keriwausahaan adalah tentang membentuk suatu visi untuk menciptakan sesuatu yang kreatif, membentuk satu tim yang solid, dan merealisasikan inovasi yang telah direncanakan. Kepemimpinan ini sangat relevan dengan tren saat ini di mana banyak anak muda yang telah berwirausaha dan mengimplementasikan kepemimpinan kewirausahaan.
Menurut Karol (2015), kepemimpinan kewirausahaan harus mampu menciptakan lingkungan yang inovatif dan menumbuhkan kepercayaan di antara timnya. Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa pemimpin wirausaha harus memimpin dengan pengaruh dan memiliki keterampilan merangkum banyak perspektif yang beragam, serta kelincahan untuk mengambil keputusan.
Banyak contohnya apabila ingin mengkaji kepemimpinan jenis ini, terutama di kalangan anak muda. Anak muda saat ini gencar membangun bisnis yang tidak melupakan aspek kontribusi sosial.
Fenomena tersebut dinamakan sociopreneurship. Anak muda mengimplementasikan kepemimpinan kewirausahaan dalam tatanan praktis yang bisa kita teliti lebih lanjut mengenai proses membangun usahanya.
Kepemimpinan sosial merupakan sebuah tipologi kepemimpinan yang muncul dalam lingkungan informal. Pemimpin sosial tidak terikat tempat, status, maupun pekerjaan.
Pemimpin sosial muncul karena adanya panggilan dan keinginan berkontribusi untuk masyarakat. Kemudian, keinginan tersebut termanifestasikan dalam bentuk gerakan sosial.
Lazazzara & Ghiringhelli (2014) berargumen bahwa perkembangan kepemimpinan sosial dipicu oleh adopsi media sosial, di mana melibatkan kolaborasi dan pengaruh timbal balik antara pemimpin dan pengikut.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.