Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

10 Tipe Kepemimpinan Tahun 2022, Calon Pemimpin Harus Tahu!

Kompas.com - 12/04/2022, 16:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut Guglielmo & Palsule (2014), dalam buku mereka yang berjudul The Social Leader: Redefining Leadership for the Complex Social Age, mengidentifikasi tiga penyebab munculnya kepemimpinan sosial. Tiga penyebab tersebut yaitu informasi yang makin tersebar, munculnya komunitas global yang memiliki jejaring luas, dan masyarakat yang menjadi prosumer (produsen sekaligus konsumen informasi).

Singkatnya, pemimpin sosial adalah mereka yang “terpanggil” untuk melakukan sesuatu dengan didukung lingkungan yang semakin diverse dan setiap orang bisa melakukan berjejaring dengan siapapun.

Komunitas online seperti ID Volunteering dan @Masukkampus adalah contoh yang tepat untuk menggambarkan kepemimpinan sosial. Berawal dari panggilan untuk berkontribusi, mereka memanfaatkan tools yang ada untuk membuat dampak sosial yang bisa dirasakan oleh banyak orang.

5. Kepemimpinan digital

Kepemimpinan digital adalah tipologi yang paling banyak berkembang imbas dari perkembangan teknologi. Menurut Martins (2019), kepemimpinan digital pada dasarnya adalah tentang kita, orang-orang yang bekerja di dalam organisasi yang ingin membuat sebuah perubahan.

Perubahan yang dimaksud adalah perubahan cara kerja, pola pikir, dan lain sebagainya. Bisa keseluruhan ataupun beberapa aspek saja. Oberer & Erkollar (2018) menjelaskan dengan baik bahwa cara bekerja di era digital adalah dengan menggunakan pendekatan kolaboratif, cepat, dan lintas hierarki, yang berfokus pada inovasi.

Menurut El Sawy, et al (2016), kepemimpinan digital berarti melakukan hal yang dibutuhkan dan tepat untuk melakukan perubahan ke arah digital. Artinya, pemimpin digital harus merumuskan langkah yang konkret dan adaptif agar organisasi bisa bertahan dari perkembangan zaman eksponensial. Oleh karena itu, pemimpin digital perlu memiliki kemampuan membacara arah perkembangan.

Banyak sekali contoh praktek kepemimpinan digital. Misalnya saja, Twitter yang menerapkan kebijakan WFH (work from home) selamanya bagi karyawannya. Meskipun kantor telah dibuka, tetapi Twitter memberikan keleluasan bagi karyawannya untuk bekerja di tempat di mana karyawan merasa lebih produktif dan kreatif.

Pola pikirnya adalah bahwa teknologi mampu menjembatani kerja-kerja mereka. Terlebih, banyak tools yang membantu memudahkan koordinasi pekerjaan.

6. Kepemimpinan komunitas berbasis organisasi

Tipologi kepemimpinan ini adalah mereka yang terus meningkatkan kapasitas dirinya. Pemimpin tipe ini memiliki pola pikir life-long learning yang membuat mereka selalu ingin tahu terhadap suatu hal. Ditambah pula, pemimpin komunitas berbasis organisasi mampu menyebarkan energi positif bagi lingkungannya dan masyarakat memandang mereka sebagai role model.

Kepemimpinan jenis ini banyak dimiliki oleh anak muda. Jumlahnya akan terus bertambah seiring dengan waktu. Pemimpin tipe ini akan menjadi pemecah permasalahan yang terjadi di lingkungan.

Dalam kajian yang pernah saya rumuskan, terdapat empat jenis tipe kepemimpinan komunitas. Pertama pemimpin yang memberdayakan masyarakat di kampung halaman mereka. Mereka memimpin dengan integritas dan kepercayaan diri yang tinggi.

Kedua pemimpin jenis yang membuat program yang berdampak luas ke masyarakat banyak. Ketiga, pemimpin yang terbentuk karena telah malang melintang di banyak organisasi. Mereka mengumpulkan para pemuda untuk melakukan transformasi di masyarakat. Keempat pemimpin yang memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan kapasitas mereka. Mereka menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk menyelesaikan masalah sosial.

Munculnya banyak komunitas yang bergerak di akar rumput adalah contoh konkret dari kepemimpinan komunitas. Komunitas-komunitas tersebut memiliki misi untuk membuat lingkungannya menjadi lebih baik dan sebagai bentuk aktualisasi diri. Misalnya komunitas SabangMerauke, lalu ada toleransi.id, yang merupakan beberapa contoh praktek kepemimpinan komunitas berbasis organisasi.

7. Kepemimpinan pemerintahan

Tipe kepemimpinan jenis ini memiliki prinsip kolaboratif dan kolektivitas. Maksudnya adalah di dalam suatu organisasi, ada banyak pemimpin-pemimpin lainnya, sehingga kepemimpinan pemerintahan tidak berbicara tentang satu sosok pemimpin, melainkan banyak pemimpin.

Seorang pemimpin perlu berkolaborasi dengan kepala departemen, menteri, manajer, dan pihak-pihak lain untuk membentuk suatu kerja sama meraih tujuan yang ditetapkan.

Menurut Ferkins, et al (2017), gagasan kolektivitas ini penting, terlebih bicara tentang tata kelola. Pemimpin tidak hanya bertanggung jawab menentukan arah organisasi, tetapi menunjukkan kesatuan tujuan di organisasi yang dia pimpin.

Selain itu, kepemimpinan pemerintahan seringkali bicara tentang melayani berbagai komunitas yang beragam dengan kepentingan yang berbeda, sehingga pendekatan yang digunakan adalah consensus-driven.

Sebagai ilustrasi, kebijakan distribusi vaksin Covid-19 merupakan hasil koordinasi dan kerja sama berbagai pihak. Berperan sebagai koordinator utama, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengoordinir Kementerian Kesehatan untuk mendistribusikan vaksin ke seluruh elemen masyarakat. Kemudian Kementerian Kesehatan menginstruksikan jajaran di bawahnya untuk merumuskan langkah yang tepat agar vaksin terdistribusi dengan merata.

8. Kepemimpinan kenegaraan

Kepemimpinan ini membicarakan bagaimana pemimpin suatu negara melakukan manajemen terhadap berbagai potensi yang dimiliki negara. Akan tetapi, perspektif itu hanya menyentuh aspek ekonomi dan manajemen, sehingga perlu pengertian yang lebih komprehensif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com