Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Jitu Mengajarkan "Toilet Training" pada Balita

Kompas.com - 17/04/2022, 18:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mengajarkan anak balita untuk menggunakan toilet sendiri atau toilet training sangatlah penting agar mereka terbiasa untuk tidak buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) di popok.

Meski demikian, mengajarkan anak toilet training juga perlu melihat kesiapan anak yang biasanya akan ditunjukkan dengan beberapa tanda.

"Tanda-tanda ini bisa berupa kemampuan anak berjalan dan duduk di kursi pispot, memahami petunjuk dasar, tetap kering selama dua hingga tiga jam setiap kali, berkomunikasi dengan kita jika membutuhkannya, dan bisa menanggalkan pakaian sendiri."

Demikian penjelasan seorang dokter anak di Morris Heights Health Center, Dr Arunima Agarwal.

Baca juga: Perhatikan Sinyal Si Kecil Siap untuk Toilet Training

Usia rata-rata anak untuk memulai toilet training adalah 27 bulan, tetapi Dr Agarwal mengatakan itu bisa berkisar dari 18 bulan hingga tiga tahun.

Sebuah tinjauan tahun 2020 pun menemukan bahwa anak-anak yang memulai toilet training sebelum usia 24 bulan cenderung berisiko rendah mengalami masalah saluran kemih.

Proses pelatihan ini biasanya sangat tergantung pada keterampilan kognitif dan verbal anak ketika mereka mulai, namun Dr Agarwal mengungkapkan bahwa toilet training dapat diselesaikan dalam 3-6 bulan.

Yang perlu diperhatikan juga adalah dasar-dasar toilet training untuk anak laki-laki dan perempuan memiliki beberapa perbedaan kecil.

Nah, untuk itu, para ahli membagikan beberapa cara jitu mengajarkan toilet training pada anak laki-laki maupun perempuan berikut ini.

Mengajarkannya pada anak laki-laki

Pendiri Parental Questions, Mo Mulla mengatakan, anak laki-laki cenderung lebih siap untuk toilet training ketika mereka secara fisik mampu menangani tugas itu.

"Maka dari itu, bagi orangtua yang memiliki anak laki-laki harus lebih aktif dalam mengajarkan putra mereka melalui proses pelatihan," saran dia.

Baca juga: Mulai Toilet Training di Waktu Malam

Ada pun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengajarkan anak laki-laki untuk toilet training meliputi:

• Jadikan itu sebagai permainan

Sebuah studi kecil tahun 2015 terhadap siswa laki-laki di sekolah menengah menemukan bahwa mengubah pembelajaran menjadi permainan melalui program yang menawarkan poin, lencana, dan peringkat dapat meningkatkan motivasi, serta meningkatkan kinerja mereka.

Untuk alasan ini, Mulla sangat merekomendasikan kita mengubah toilet training menjadi kegiatan yang menyenangkan seperti permainan.

Misalnya, kita dapat mencoba mengarahkan anak ke kursi pispot atau menyembunyikan barang-barang yang berhubungan dengan hal itu seperti kursi pispot anak atau buku cerita yang berfokus pada toilet.

Kemudian, saat mereka sudah menemukannya, kita bisa menjelaskan untuk apa mereka menggunakan kursi pispot.

• Biarkan anak memilih pakaian dalam sendiri

Menurut psikososial, Erik Erikson, anak-anak antara usia 18 bulan dan tiga tahun menjadi sangat fokus pada pengembangan rasa kemandirian mereka sendiri.

Itulah mengapa pada tahap ini, merupakan ide yang baik untuk mendorong otonomi itu dengan membiarkan mereka membuat beberapa keputusan sendiri.

Baca juga: 5 Kesalahan dalam Toilet Training

Misalnya, membiarkan mereka memilih pakaian dalam yang diinginkan dapat membantu mereka merasa lebih percaya diri dan aman.

Jadi, begitu putra kita berhasil menggunakan kursi pispot selama beberapa minggu, Mulla menyarankan untuk melibatkannya dalam proses belanja pakaian dalam.

"Biarkan anak memilih warna dan motif lucu yang disukainya. Ini akan menjadi motivasi untuk mendorongnya melalui sisa toilet training," terangnya.

• Latih anak melalui transisi ke berdiri

Meskipun anak laki-laki dapat duduk di kursi pispot untuk buang air kecil pada tahap awal latihan, pada akhirnya, kita mungkin perlu mengajarinya cara berdiri dan membidik sehingga dia memiliki pilihan.

Menurut seorang dokter anak dan salah satu pendiri Pathfinder Health, Dr Paul Patterson, orangtua bisa menunggu sampai anak belajar buang air kecil dan besar di kursi pispot secara konsisten selama beberapa minggu sebelum mencoba ini.

Dia pun merekomendasikan untuk membantu anak belajar membidik sambil berdiri dengan meletakkan sesuatu yang menarik di kursi pispot.

Kemudian, mintalah anak berdiri di dekat kursi pispot dan instruksikan untuk memegang ujung penis yang jauh, di pangkalnya, untuk membantunya mengontrol buang air kecil.

Mengajarkannya pada anak perempuan

Sementara itu pada anak perempuan, Mulla mengatakan, kesiapan emosional mendahului kemampuan fisik mereka.

"Jadi, bagi orangtua yang memiliki anak perempuan mungkin perlu memberikan lebih banyak dukungan dan dorongan emosional," ungkap dia.

Baca juga: Tanda-tanda Anak Siap untuk "Toilet Training"

Berikut adalah beberapa tips yang perlu diingat saat mengajarkan toilet training pada anak perempuan:

• Menenangkannya

Semakin nyaman anak perempuan duduk di kursi pispot bahkan ketika tidak harus pergi ke kamar mandi, maka semakin tidak terintimidasi pula untuk menggunakannya.

Pertimbangkan juga untuk memintanya duduk di kursi pispot saat menonton TV atau di waktu lain sepanjang hari agar terbiasa dengan gagasan itu.

• Ajarkan kebersihan

Menurut sebuah studi tahun 2019, infeksi saluran kemih memengaruhi sekitar 7,8 persen anak perempuan dan 1,7 persen anak laki-laki pada usia 7 tahun.

Hal ini memperlihatkan bahwa anak perempuan memiliki risiko infeksi saluran kemih yang lebih tinggi karena uretra mereka jauh lebih pendek dan terletak sangat dekat dengan anus sehingga bakteri lebih mudah menyebar.

Untuk alasan ini, Dr Patterson mengatakan sangat penting untuk mengajari anak perempuan teknik menyeka yang benar setelah buang air besar — dari depan ke belakang — supaya mereka tidak memindahkan kotoran ke arah uretra.

• Pilih celana yang mudah dilepas

"Pastikan putri kita mengenakan celana yang mudah dilepas dengan cepat saat sedang toilet training," kata Dr Patterson.

Baca juga: Ruam Popok pada Bayi, Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati

Celana ketat, leotard dan bodysuits, atau romper dan overall, semuanya dapat memakan waktu untuk dilepaskan yang menyebabkan membuat anak perempuan merasa putus asa selama proses pelatihan.

 • Tips lainnya

Tidak peduli jenis kelamin anak kita, Dr Agarwal sangat merekomendasikan kita untuk memberikan penguatan positif dengan memuji mereka setiap kali mereka membuat kemajuan daripada menegur atau menghukum mereka karena kecelakaan.

Misalnya, kita dapat menghadiahi mereka dengan stiker, hak istimewa, atau mainan dan suguhan lain untuk keberhasilan toilet training.

Bahkan, hanya sekadar memberi mereka tos, pelukan, atau tepuk tangan saat mereka menggunakan kursi pispot dengan benar bisa sangat memotivasi mereka untuk terus mencoba.

Studi di kelas pada anak kecil juga menunjukkan bahwa penguatan nonverbal, seperti senyum ceria atau memberikan jempol sangat efektif dalam meningkatkan motivasi.

•Berkonsultasi dengan dokter anak

Apabila anak kita belum dapat menyelesaikan toilet training pada usia tiga tahun, Mulla merekomendasikan kita untuk berkonsultasi dengan dokter anak.

Ada berbagai macam alasan mengapa upaya kita mungkin tidak berhasil dan dokter bisa membantu kita menemukan akar masalahnya, melakukan pemeriksaan fisik jika perlu, serta menawarkan panduan khusus tentang cara melanjutkannya.

Baca juga: Mengapa Anak Sulit Lepas dari Popok Sekali Pakai?

Salah satu alasan mengapa toilet training mungkin tidak berhasil adalah karena anak kita belum mengembangkan koordinasi, kontrol otot, atau keterampilan verbal yang diperlukan.

Selain itu, jika anak kita baru-baru ini mengalami situasi emosional seperti pindah ke rumah baru atau ada kematian dalam keluarga, itu bisa menghalangi keberhasilannya dalam pelatihan.

Meski jadi penyebab yang kurang umum, terkadang masalah anatomi juga dapat menyulitkan anak untuk menyelesaikan toilet training.

Patterson pun mencatat, sembelit dapat membuatnya sangat sulit untuk berhasil dengan toilet training, tetapi ini mudah diatasi dengan meningkatkan serat dalam makanan anak.

Di sisi lain, anak yang merasa terlalu terintimidasi dengan toilet training akan menolak menggunakan kursi pispotnya.

Dalam hal ini, biasanya yang terbaik adalah memberi tahu anak bahwa mereka sudah besar dan membiarkan mereka mengambil alih penggunaannya.

Setelah itu kita bisa menghargai perjalanan toilet training mereka yang berhasil dengan penuh perhatian.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com