Kondisi ini disebut sebagai sindrom kembar menghilang atau vanishing twin syndrome.
Bayi kembat juga berisiko mengalami ketidaksesuaian pertumbuhan intrauterin ketika salah satunya mengalami pertumbuhan yang secara signifikan lebih lambat dari yang lain.
Pada kehamilan kembar identik yang berbagi satu plasenta, ini bisa menjadi tanda Twin to Twin Syndrome (TTTS), ketika salah satu janin mengambil aliran darah jauh lebih banyak dari seharusnya.
Kondisi TTTS ini terjadi pada 10 persen kehamilan kembar satu plasenta, yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan gagal jantung atau kehamatian pada bayi.
Baca juga: Ini yang Harus Kamu Perhatikan kalau Punya Anak Kembar
Bayi kembar juga cenderung memiliki berat badan lahir rendah dan berisiko mengalami penyakit kuning, bahkan meski lahir tepat waktu.
Penelitian Universitas Cambridge di Inggris juga menyebutkan anak kembar yang lahir belakangan memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan saudaranya yang lebih dulu lahir.
Risiko ini dialami selama atau sesaat dilahirkan melalui persalinan pervaginam.
Analisis terhadap hampir 1.400 kelahiran kembar menemukan, bayi kedua meninggal lebih sering karena komplikasi seperti kelahiran sungsang dan pelepasan prematur tali pusar.
Oleh sebab itu, persalinan lewat operasi caesar seringkali direkomendasikan untuk menekan risiko kematian perinatal.
Baca juga: Bisakah Posisi Seks Tingkatkan Peluang Hamil Bayi Kembar?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.