KOMPAS.com - Tantangan terbesar saat menjalani ibadah puasa bukanlah menahan haus dan lapar. Tetapi, menjaga mood dan emosi agar tetap stabil.
Perubahan suasana hati yang terjadi saat berpuasa merupakan hal yang normal. Selama berpuasa, kita membatasi asupan makanan yang dikonsumsi hanya pada saat matahari tenggelam (berbuka puasa) sampai terbitnya fajar (sahur).
Alasan kita menjadi lebih mudah emosi dapat digambarkan melalui penjelasan ilmiah yang terjadi ketika pola makan berubah selama Ramadhan.
Sebagaimana dilansir Arabia Weather, tubuh manusia mengubah makanan yang dikonsumsi menjadi asam amino, lemak, dan gula, menjadi energi.
Ketika pasokan ini berkurang, tubuh mulai mengirimkan sinyal yang mengarah pada reaksi fisiologis tubuh terhadap apa yang dibutuhkannya dari makanan.
Perubahan ini tak cuma memberikan sinyal dengan munculnya perasaan haus dan lapar, tapi juga menyebabkan perubahan suasana hati.
Baca juga: Tips Berpuasa untuk Penderita Diabetes
Selama puasa, tubuh mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan perubahan suasana hati. Faktor pemicunya adalah sebagai berikut:
Kecanduan minuman berkafein seperti teh, kopi dan minuman bersoda membuat orang yang berpuasa merasa gelisah.
Kondisi ini seringkali ditandai dengan perasaan energi yang rendah dan marah karena kadar kafein dalam tubuhnya berkurang.
Mengganti waktu tidur di siang hari sebenarnya bisa mengurangi kurang tidur selama Ramadhan. Namun sebenarnya, hal tersebut bisa menyebabkan ketidakseimbangan jam biologis tubuh.
Meningkatnya asam lambung, gangguan pencernaan, sakit kepala, atau merasa lemas akibat penyakit tertentu bisa menyebabkan perubahan suasana hati.
Bahan kimia ini dilepaskan otak untuk melindunginya dari kekurangan glukosa yang terjadi saat berpuasa.
Peningkatan sekresi keton ini menyebabkan beberapa perubahan suasana hati, terutama di awal hari-hari puasa.
Terlepas dari itu semua, penelitian membuktikan bahwa efek psikologis tersebut sering muncul di hari-hari pertama puasa.
Setelahnya tubuh segera menyesuaikan diri dengan pola makan tersebut dan segalanya mulai membaik.
Baca juga: 6 Jenis Makanan yang Membuat Suasana Hati Jadi Bahagia, Apa Saja?
Hal pertama yang harus disadari saat menahan emosi selama berpuasa adalah ibadah di bulan Ramadhan ini akan dibalas dengan manfaatnya untuk menjernihkan hati.
Di samping itu, dokter dan para ahli gizi mengatakan bahwa apa yang dikonsumsi saat berbuka puasa dan sahur juga memainkan peran penting dalam perubahan suasana hati seseorang.
Berikut beberapa tips yang bisa kita terapkan untuk mencegah emosi labil saat berpuasa melalui penyesuaian pola hidup selama Ramadhan.
Makan sahur berperan penting dalam mengisi pasokan energi untuk menjalani ibadah puasa selama beraktivitas di siang hari.
Pastikan untuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi yang berkontribusi dalam mengisi pasokan gula tubuh secara perlahan dan membuat hormon dalam darah tetap stabil.
Makanan bergizi yang dimaksud adalah karbohidrat kompleks, aneka sayuran hijau, buah-buahan, makanan tinggi serat dan lemak serta protein sehat.
Mencukupi kebutuhan cairan tubuh saat sahur dan berbuka puasa dapat mencegah dehidrasi. Sebab, dehidrasi juga bisa memengaruhi perubahan suasana hati serta memicu penyakit lainnya.
Pastikan untuk mendapat kualitas tidur yang baik selama Ramadhan. Kita dapat menyesuaikan waktu ibadah di malam hari serta mengurangi tidur siang terlalu lama, terutama di sore hari.
Memiliki kualitas tidur yang cukup dapat membantu kita memperbaiki suasana hati dan membuat hormon di dalam tubuh lebih stabil.
Baca juga: Cara Meredakan Emosi Negatif yang Muncul Akibat Nonton Layangan Putus
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.