Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/04/2022, 08:43 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tubuh memerlukan asupan vitamin D untuk membantu mengatur jumlah kalsium dan fosfat.

Vitamin yang satu ini juga dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang, jantung, hingga menurunkan risiko penyakit autoimun.

Karena manfaatnya yang begitu beragam, orang-orang semakin sadar bahwa asupan vitamin D perlu dijaga.

Vitamin D memang bisa didapat melalui makanan, tapi meminumnya dalam bentuk suplemen merupakan cara paling mudah dan sering dilakukan banyak orang.

Tidak semua jenis vitamin D baik untuk kesehatan

Meski baik bagi kesehatan, ternyata tidak semua vitamin D yang dikonsumsi melalui suplemen bisa mendatangkan manfaat bagi tubuh, lho!

Itu bisa terjadi karena vitamin D memiliki dua jenis yang berbeda, yakni D2 (ergocalciferol) dan D3 (cholecalciferol).

D2 merupakan vitamin yang bisa diasup dari jamur yang tumbuh di bawah sinar UV, pangan yang difortifikasi, dan suplemen diet.

Sedangkan vitamin D3 bisa didapat dengan mengonsumsi minyak ikan, ikan berminyak, kuning telur, hati, butter, dan suplemen diet.

Karena masing-masing berbeda, tentu kita harus memastikan kandungan vitamin D2 dan D3-nya sebelum minum suplemen.

Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan di Frontiers in Immunology mengatakan bahwa vitamin D3 lebih efektif dalam meningkatkan kadar vitamin D dalam aliran darah daripada saudaranya.

Menariknya, hanya vitamin D3 yang membantu mengaktifkan respons sistem kekebalan terhadap infeksi bakteri dan virus.

Baca juga: Vitamin D, Bantu Kita Menua dengan Lebih Sehat

Membuktikan khasiat vitamin D3

Untuk menentukan perbedaan utama antara vitamin D2 dan D3, University of Surrey mengajak 335 wanita berusia antara 20-64 tahun yang berbasis di Inggris sebagai peserta penelitian.

Mereka kemudian dibagi secara acak dan dimasukkan ke dalam kelompok.

Beberapa peserta mengambil 15 mikrogram vitamin D2 sehari, sementara yang lain mengambil jumlah vitamin D3 yang sama.

Tetapi, ada juga kelompok plasebo alias minum suplemen kosong yang tidak mengambil vitamin D2 maupun D3.

Para peneliti selanjutnya melakukan pemeriksaan terhadap dampak vitamin D selama 12 minggu di musim dingin.

Hasil pemeriksaan membuktikan vitamin D3 lebih efektif dalam meningkatkan kadar vitamin D dalam aliran darah daripada D2.

Peneliti juga mendapati temuan bahwa kelompok yang mengonsumsi vitamin D3 memiliki respons sistem kekebalan yang lebih kuat terhadap infeksi bakteri dan virus.

Sedangkan peserta yang meminum vitamin D2 memiliki efek sebaliknya.

Peneliti di sisi lain meyakini kelompok yang meminum suplemen D2 memiliki lebih sedikit vitamin D3 dalam darah daripada kelompok yang minum plasebo.

“Kami tahu bahwa mengonsumsi suplemen vitamin D2 sebenarnya menggantikan D3 asli yang normal dari tubuh Anda,” kata penulis studi, Colin P. Smith.

Smith yang merupakan profesor bidang ilmu genomika di University of Surrey, Inggris juga mengatakan minum suplemen vitamin D2 malah membuat tubuh kekurangan vitamin D.

Menurut penelitian tahun 2021 yang dipublikasikan di National Library of Medicine juga mendapati temuan vitamin D3 mampu menurunkan gejala depresi pada wanita.

Baca juga: Tubuh Kekurangan Vitamin D? Ini Tandanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com