Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Cara Mencintai Kehidupan Lewat Amor Fati

Kompas.com - 22/04/2022, 05:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Fauzi Ramadhan dan Ikko Anata

KOMPAS.com - “Jangan menuntut peristiwa terjadi sesuai keinginanmu, tetapi inginkan hidup terjadi apa adanya, dan jalanmu akan baik adanya.”

Kutipan tersebut berasal dari Epictetus, seorang filsuf asal Yunani, dalam bukunya yang berjudul Discourses.

Dalam kutipan tersebut, Epictetus berusaha mengajarkan kita suatu pelajaran hidup yang berharga, yaitu tulus mencintai dan menerima hidup sehingga tak menuntut peristiwa sesuai yang dimau.

Dalam perkembangannya, ajaran ini kelak disebut sebagai amor fati.

Henry Manampiring, penulis buku Filosofi Teras, menuliskan kutipan tersebut dalam buku karyanya. Kemudian, melalui siniar (podcast) Anyaman Jiwa episode “Amor Fati: Cintai Takdirmu”, ia memberikan pandangannya mengenai amor fati ini serta penerapannya secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Amor Fati dalam Kacamata Historis

Situs Merriam-Webster mendefinisikan amor fati sebagai suatu usaha mencintai takdir dengan menyambut semua pengalaman hidup dengan baik.

Lebih lanjut, Daily Stoic menerangkan amor fati sebagai suatu formula untuk kemuliaan hidup manusia.

Melansir situs tersebut, amor fati dinyatakan sebagai suatu bagian dari ajaran stoisisme, mazhab filsafat Yunani Kuno. Kaum penganut stoisisme atau kemudian disebut kaum Stoa tidak hanya akrab dengan amor fati ini, tetapi juga melaksanakannya.

Pada era modern, seorang filsuf kebangsaan Jerman bernama Friedrich Nietzsche, juga turut serta mempopulerkan amor fati ini.

Baca juga: Amor Fati, Cintai Takdirmu, Bukan Pasrah....

Merangkum situs the The School of Life, Nietzsche menuliskan kalimat berikut dalam buku yang ia tulis, The Gay Science.

I want to learn more and more to see as beautiful what is necessary in things; then I shall be one of those who makes things beautiful.

Amor fati: let that be my love henceforth! I do not want to wage war against what is ugly. I do not want to accuse; I do not even want to accuse those who accuse.

Looking away shall be my only negation. And all in all and on the whole: some day I wish to be only a Yes-sayer.

Lebih lanjut, dalam perkataan Nietzsche tersebut, ia berusaha menerangkan jika dirinya menginginkan suatu hal yang indah dan bermakna penting, maka dirinya sendirilah yang harus memaknai keindahan dalam sesuatu tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com