Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Tahu, Hubungan Depresi, Serangan Jantung, dan Olahraga

Kompas.com - 22/04/2022, 08:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Fatherly

KOMPAS.com - Orang yang depresi berisiko mengalami gangguan tidur, malas bergerak, dan sembarangan mengonsumsi makanan.

Padahal ketiganya merupakan perilaku hidup tidak sehat yang berbahaya bagi jantung secara keseluruhan.

Untungnya dua masalah yang saling berkaitan tersebut bisa diatasi dengan cara sederhana, yakni berolahraga.

Fakta itu terungkap melalui studi yang dipaparkan dalam the American College of Cardiology's 71st Annual Scientific Session yang digelar awal April tahun 2022.

Studi mendapati temuan bahwa olahraga teratur bisa meningkatkan kesehatan kardiovaskular saat orang mengalami kecemasan atau depresi.

Baca juga: Rutin Makan Alpukat Kurangi Risiko Serangan Jantung

Apa buktinya?

Fakta yang dibeberkan di simposium ilmiah itu tentu bukanlah klaim sembarangan.

Sebab peneliti telah menganalisis catatan kesehatan lebih dari 50.000 pasien di database Massachusetts General Brigham Biobank.

Aktivitas fisik adalah cara yang sangat baik untuk mengurangi risiko kardiovaskular," kata penulis studi, Hadil Zureigat.

"Tapi itu juga dianjurkan secara luas sebagai cara untuk mengurangi stres. Kita semua tahu betapa enaknya berjalan-jalan atau berlari," tambahnya.

Zureigat dan rekan peneliti lainnya mendapati sekitar 8 persen atu 4.000 pasien mengalami kejadian kardiovaskular yang merugikan.

Misalnya, pasien terkena serangan jantung atau nyeri dada yang disebabkan oleh arteri yang tersumbat.

Namun, risiko mengalami kejadian kardiovaskular yang merugikan bisa turun sebanyak 17 persen bila pasien teratur berlatih setiap minggu sesuai anjuran.

Baca juga: Memelihara Kucing Bisa Kurangi Risiko Serangan Jantung, Ini Penjelasannya

Terkhusus untuk orang yang tidak memiliki gejala kesehatan mental, olahraga teratur dapat menurunkan risiko yang sama sebanyak 10 persen

Sedangkan, bagi orang yang mengalami kecemasan atau depresi, risiko akan turun secara signifikan sebesar 22 persen.

Waktu olahraga harus ideal, ini anjurannya

Olahraga memang dibuktikan studi tersebut baik bagi kesehatan kardiovaskular. Tapi, manfaat ini tidak bisa dilepaskan dari waktu berolahraga yang ideal.

Orang dewasa sebaiknya melakukan aktivitas fisik intensitas sedang selama 150 menit atau aktivitas fisik intensitas tinggi sekitar 75 menit per minggu.

Anjuran itu merupakan pedoman tahun 2019 dari American College of Cardiology dan American Heart Association Task Force.

Aktivitas berintensitas sedang yang dimaksud tidak melulu harus dilakukan di gym.

Sebab, jalan cepat, memotong rumput, atau membersihkan rumah juga masuk dalam kategori ini.

Sementara itu untuk aktivitas berintensitas tinggi bisa dilakukan dengan hiking, joging, atau bermain basket.

Baca juga: Nyeri Dada di Malam Hari, Sakit Mag atau Serangan Jantung?

Apabila kita tidak dapat memenuhi anjuran waktu tersebut, peneliti mengatakan yang terpenting adalah tetap melakukan aktivitas fisik daripada tidak sama sekali.

Menurut rekomendasi US Department of Health and Human Services, orang dewasa melakukan aktivitas fisik sedang hingga berat mendapatkan beberapa manfaat kesehatan.

 

Ilustrasi wanita sedang mengalami depresi.jcomp/ Freepik Ilustrasi wanita sedang mengalami depresi.

Hubungan olahraga, kesehatan kardiovaskular, dan stres

Studi yang sama juga menguak manfaat olahraga yang dapat meningkatkan kesehatan kardiovaskular.

Zureigat mengatakan, menurut ilmu saraf hubungan keduanya terkait aktivasi area otak yang membantu kita mengatasi stres.

Studi Zureigat dan peneliti sebelumnya telah menunjukkan bahwa semakin banyak berolahraga, semakin rendah aktivitas saraf terkait stres di otak.

Baca juga: Saatnya Remaja Terlepas dari Insecure, Cemas, dan Depresi

Perubahan terkait otak menyumbang sekitar 7 persen dari total manfaat kardiovaskular dari olahraga.

Stres sangat buruk bagi kesehatan, terutama untuk kesehatan jantung,” kata dia.

"Semakin tinggi aktivitas di daerah stres itu, semakin tinggi kemungkinan mengembangkan kejadian kardiovaskular," sambung Zureigat.

Studi kali ini juga mengaitkan krisis kesehatan mental dengan hambatan pranata, budaya, dan sistem perawatan kesehatan mental untuk menyoroti hubungan penting antara dua masalah kesehatan utama.

Olahraga bagi orang yang mengalami kecemasan atau depresi merupakan hal yang tidak mudah.

Tapi, studi menunjukkan, orang dengan masalah kesehatan mental yang berolahraga tidak hanya mampu meredakan gejala, tetapi dapat memperoleh manfaat dua kali lipat. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Fatherly
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com