Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Hal yang Patut Dihindari Saat Asuh Anak Pra-remaja

Kompas.com - 25/04/2022, 08:43 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Moms

KOMPAS.com - Saat anak menginjak usia pra-remaja, pola asuh orangtua pun harus disesuaikan.

Pasalnya, meski belum menjadi remaja, anak tersebut bukan lagi anak kecil. Tentu, akan ada yang berubah dari diri anak kita.

Anak seusia ini juga mulai memandang dirinya “sudah besar” dan tak ingin disebut anak kecil lagi.

Memang, anak pra-remaja masih perlu memelajari banyak hal.

Namun, untuk membuat anak merasa nyaman dan dipahami dengan perubahan yang terjadi pada dirinya, orangtua perlu menghindari beberapa hal saat mengasuhnya.

Baca juga: Anak Remaja Dijauhi Teman, Apa yang Perlu Dilakukan Orangtua?

Berikut 10 hal yan perlu dihindari orangtua saat mengasuh anak usia pra-remaja.

  • Tugas sekolah

Saat anak masih duduk di kelas 3 SD ke bawah, tugas sekolah mungkin akan sulit diselesaikan tanpa bimbingan dari orangtuanya.

Namun jika anak sudah memasuki usia pra-remaja, ia harus melakukannya sendiri, sebisanya.

Kita tetap bisa membimbingnya secara tak langsung sambil tetap membiarkan ia menulis dan mengerjakan tugasnya.

  • Memaklumi kesalahan

Seorang pra-remaja yang memiliki perkembangan emosional yang baik seharusnya tahu mana yang salah dan sebaliknya.

Ia harus tahu kalau ia harus diam saat makan di luar dan tidak membuat kekacauan di rumah orang lain.

Jadi, jangan maklumi kesalahannya dengan kata, “namanya juga anak-anak.”

  • Mengunggah foto anak tanpa izin

Memasiki usia pra-remaja, anak mulai memiliki pendapatnya sendiri. Otonomi itu penting, dan sebagai orangtua, kita harus mengajarkannya.

Baca juga: 7 Cara Cegah Anak Remaja Jadi Pelaku Kekerasan

Ingat, usia pra-remaja adalah saat-saat diri merasa canggung dan anak mungkin tidak ingin foto memalukannya dibagikan kepada 500 teman terdekat kita.

Jika ingin mengunggahnya, mintalah izinnya.

  • Tak membiarkan anak memilih kegiatan ekstrakurikuler sesukanya

Anak usia pra-remaja memiliki minat dan hobinya sendiri.

Jadi, biarkan ia mencoba sesuatu yang baru dan benar-benar mendengarkan anak jika ia ingin berhenti berolahraga atau melakukan aktivitas yang dulu disukainya

Usia ini juga merupakan waktu yang tepat untuk mencoba hal-hal baru dan menemukan minatnya.

  • Merapikan barangnya

Usia pra-remaja merupakan waktu yang tepat untuk memastikan anak melakukan tugas dan tanggung jawabnya di rumah.

Apalagi, anak usia pra-remaja sudah mulai bisa melakukan banyak hal.

Jadi, sudah saatnya orangtua berhenti merapikan barang anak atau membereskan kekacauan yang dibuatnya

  • Memperlakukan anak layaknya bayi

Para ahli di Child Mind Institute mengingatkan kita, anak bisa mulai iseng mencoba sesuatu seperti merokok atau menegak minuman keras sejak usia 9-10 tahun.

Baca juga: Kenali, 8 Tanda Anak Remaja Berpotensi Jadi Pelaku Kekerasan

Untuk itu, kita perlu memantau anak usia pra-remaja secara realistis, dan menjawab pertanyaan apa pun yang Dia tanyakan, meski mungkin kadang terasa sulit.

Anak usia praremaja memang nampak muda, tetapi dengan adanya media sosial dan berbagai keterlibatan orangtua, bisa saja anak akan mendengar hal yang kurang mengenakkan di sekolah.

  • Ikut campur dengan pertemanan anak

Banyak perubahan yang terjadi saat memasuki usia pra-remaja, termasuk pertemanan, seperti takut tidak populer di sekolah, atau bertengkar dengan temannya.

Melihat anak lesu karena bertengkar dengan temannya memang menyakitkan, namun yang boleh kita lakukan hanyalah memberikan dukungan baginya.

  • Berdebat dengan anak jika tak diperlukan

Kita tidak boleh merasa selalu benar.

Ingat, anak pra-remaja memiliki opini, keinginan, dan kebutuhannya sendiri. Ia bukan lagi anak kecil, dan kita harus mengajarinya cara berdiskusi dengan baik.

Jika muncul argumen, selesaikan, bukan berdebat dengannya.

Baca juga: Anak Remaja Kesal pada Ayahnya? Coba Praktikkan Langkah Ini

  • Mengira-ngira apa yang dirasakan anak

Orangtua tentu tak akan tahu segalanya, termasuk pikiran dan perasaan anak.

Saat anak semakin besar, kita perlu mendengarkannya dan berhenti mengira-ngira apa yang ia rasakan dan butuhkan.

  • Mengganggu gurunya

Jika ada masalah soal tugas dan sekolahnya, anak pra-remaja tak perlu melibatkan orangtuanya lagi untuk melapor pada guru atau mengurus semua aktivitasnya.

Anak perlu belajar bertanggung jawab dan orangtua perlu belajar mempercayai anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Moms
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com