Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2022, 15:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anak yang berteriak histeris dan meluapkan emosinya karena tantrum saat dibawa mudik Lebaran memang merepotkan orangtua.

Perilaku anak yang sulit diprediksi membuat orangtua menjadi frustasi, bahkan mengganggu orang-orang di sekitarnya jika tidak segera diatasi.

Satu-satunya cara supaya anak tidak rewel adalah dengan meredakannya.

Tapi, mengendalikan anak tantrum supaya berhenti berteriak tidak semudah yang dibayangkan.

Baca juga: 6 Cara Mengatasi Tantrum pada Anak, Orangtua Tidak Perlu Marah-marah

Bagi orangtua yang selama ini bingung mencegah dan menghadapi tantrum pada anak, dokter anak asal Cleveland Clinic, Svetlana Pomeranets mempunyai beberapa saran.

Normalkan anak mengalami tantrum?

Sebelum mengetahui cara menghadapi anak tantrum, orangtua harus menyadari bahwa tantrum lumrah terjadi selama proses tumbuh-kembang anak.

Pomeranets mengatakan, tantrum biasa terjadi ketika anak masih berusia 1-4 tahun.

Itu terjadi sebab anak yang masih balita mengalami masa pertumbuhan yang cepat, baik secara fisik, mental, dan sosial.

Selama waktu tersebut, sebagian besar anak mengembangkan nalar dan mulai melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

“Ketika keinginan anak untuk melakukan sesuatu tidak sesuai dengan kemampuannya, sering kali timbul frustasi,” kata Pomeranets.

"Lebih jauh lagi, anak biasanya tidak memiliki keterampilan bahasa untuk meminta bantuan jika keadaan tidak berjalan lancar."

Baca juga: Kapan Perilaku Tantrum Anak Perlu Diwaspadai?

Karena alasan itulah muncul jarak antara keinginan dan kemampuan anak yang menyebabkan frustasi, perilaku sulit diatur, dan timbulnya amukan.

 

Cara menghadapi anak tantrum

Tantrum sebenarnya adalah bagian dari emosi anak itu sendiri. Tapi, masalah akan timbul jika tantrum datang di waktu yang tidak tepat, seperti saat perjalanan mudik.

Beberapa orangtua biasa menghadapi tantrum dengan membentak anak. Padahal masih ada alternatif lain seperti yang berikut ini.

1. Perhatikan pemicunya

Orangtua adalah figur yang paling dekat dengan buah hatinya. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mengetahui pemicu tantrum pada anak.

Anak kemungkinan tantrum saat merasa lapar, haus, lelah, tidak enak badan, bosan, atau keinginannya tidak dituruti oleh orangtuanya.

Saat pemicu-pemicu tersebut diketahui tentu orangtua dapat mencegah tantrum selama anak diajak mudik Lebaran.

Orangtua dapat menyediakan camilan, mengajak anak tamasya saat tidak lapar, atau membawakan mainan supaya tantrum tidak terjadi.

Baca juga: Cara Atasi Anak Tantrum Tanpa Berteriak

“Alih-alih mengomel pada anak yang bertingkah karena kebosanan, cobalah untuk menemukan cara yang kreatif dan dapat diterima secara sosial untuk membuat anak sibuk,” kata Pomeranets.

Ilustrasi anak tantrum.SHUTTERSTOCK/DOUBLE_H Ilustrasi anak tantrum.

2. Jangan menghentikan amukan 

Banyak orangtua berusaha meredakan anaknya yang menjerit saat tantrum, padahal cara ini hanyalah memperburuk suasana.

Mencoba mendiskusikan perasaan anak ketika tantrum dapat memperkuat perilaku yang kurang baik.

Ketika anak berperilaku demikian, orangtua seringkali tergoda untuk menjelaskan mengapa perilakunya tidak baik.

Ketimbang "menceramahi" anak panjang lebar, cobalah untuk mengarahkan anak, baik secara verbal maupun fisik, untuk melakukan hal lain.

Pembicaraan bersama anak sebaiknya dimulai setelah tantrum dan buah hati sudah kembali tenang.

3. Tetap tenang

Adalah hal yang normal bagi orangtua bila naik pitam saat menghadapi anak tantrum. Tapi, cobalah untuk bersabar daripada situasi makin memburuk.

“Mendekati anak secara fisik dengan tenang, tanpa berbicara, seperti merangkulkan tangan di bahu atau punggung anak dengan lembut bisa sangat membantu," saran Pomeranets.

Baca juga: Hindari Ini Saat Balita Sedang Tantrum

Anak kemungkinan akan melempar, menendang, memukul, atau berperilaku tidak terpuji ketika tantrum.

Tapi, pastikan anak mengerti bahwa orangtua tidak akan mentoleransi perilakunya dan apa yang anak lakukan menyakitkan.

“Tujuannya adalah untuk mengabaikan perilaku sambil memberikan keamanan,” tutur Pomeranets.

Bila tantrum telanjur terjadi ketika acara kumpul bersama keluarga atau di tengah tempat wisata, segera bawa anak menjauh dari lokasi.

Kemudian ambil napas dalam-dalam dan tanggapi dengan tenang anak yang mengalami tantrum.

 

4. Jangan menyerah

Menghadapi anak tantrum memang gampang-gampang susah. Tapi, jangan menyerah sebelum anak kembali tenang.

“Anda tidak ingin menyerah hanya untuk menghentikan amukan. Ini mengirim pesan yang salah," kata Pomeranets.

Jika orangtua menyerah ketika anak mengamuk tentang apa pun yang diinginkan, ini hanya mempersulit kondisi di lain waktu.

“Ketika Anda mengatakan 'tidak', itu harus mutlak dan tegas,” tandas Pomeranets.

"Jangan berubah pikiran begitu Anda mengatakan tidak hanya untuk mengakhiri amukan yang tampaknya tidak pernah berakhir juga."

"Itu akan memberi sinyal kepada anak Anda bahwa ia akan mendapatkan apa yang diinginkan," ujar dokter anak asal Cleveland Clinic tersebut.

5. Berkonsultasi dengan dokter anak

Tantrum bisa berlangsung hingga 15 menit dan bisa terjadi hingga tiga kali sehari. Dan, target utama anak adalah orangtua.

Selebihnya, orangtua dapat mengharapkan anak untuk berperilaku sesuai dengan usianya, belajar, berbicara, dan berinteraksi secara normal dengan anak lainnya.

Tantrum secara normal akan mulai berkurang ketika anak menginjak usia empat tahun.

“Namun, ada tantrum normal dan tantrum bermasalah. Seorang anak tidak boleh menyerang orang lain atau melukai dirinya sendiri selama tantrum," ungkap Pomeranets.

Sebelum mudik, cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter anak untuk mengevaluasi, memberikan bimbingan, dan dukungan dalam menghadapi tantrum. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com