KOMPAS.com - Pesawat terbang menjadi pilihan banyak orang ketika mudik Lebaran karena waktu tempuh yang cepat dan tingkat kenyamanannya.
Rasa nyaman saat menggunakan pesawat salah satunya ditentukan oleh keteraturan penumpang, baik saat boarding, masuk, duduk, dan keluar dari pesawat.
Petugas bandara dan awak kabin yang sigap memang membantu penumpang supaya tetap terkendali. Sayangnya, masih ditemukan 1-2 penumpang tidak beretika yang mengganggu kenyamanan saat di pesawat.
Padahal, gangguan sekecil apa pun -termasuk ulah penumpang- bisa memengaruhi jadwal penerbangan. Ini disebabkan oleh komitmen maskapai yang sangat mengutamakan kedisiplinan.
Baca juga: Catat, Kursi Paling Aman di Pesawat agar Terhindar dari Penyakit
Supaya perjalanan mudik tidak terganggu, pemudik wajib tahu etika apa saja yang harus dipatuhi saat menumpang pesawat. Berikut ini di antaranya.
Proses masuk ke dalam bandara butuh waktu sebab penumpang harus diperiksa barang bawaan dan melakukan check-in.
Karena itulah terkadang antrian bisa muncul di bandara dan akan semakin panjang di hari-hari libur, seperti Lebaran.
Supaya waktu tidak banyak terbuang, siapkan boarding pass dan ID saat mendekati pintu pemeriksaan bandara.
Kemudian, lepaskan jam tangan, ikat pinggang, mengeluarkan laptop, dan memisahkan cairan sebelum mencapai conveyor.
Cara itu akan membantu dirimu dan penumpang lainnya untuk melewati antrian secara lebih cepat.
Ruang penyimpanan di dalam kabin pesawat terbatas. Jadi, berbagilah dengan penumpang lain saat menaruh barang di bagasi atas.
Sebaiknya letakkan tas secara vertikal, menaruh satu tas jinjing di pangkuan, dan tas lainnya di ruang di bawah kursi di depan.
Saat memasukkan tas ke bagasi atas, tawarkan juga bantuan untuk mengangkat tas milik sesama penumpang.
Selain berperilaku baik, cara itu juga membuat proses boarding lebih efisien untuk semua penumpang.
Baca juga: 8 Cara Mengatasi Rasa Takut Naik Pesawat
Maskapai terkadang memblokir kursi tertentu atau mengenakan biaya tambahan untuk kursi yang berdekatan. Akibatnya, anggota keluarga kesulitan untuk membeli kursi yang bisa diduduki satu deret