Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Katakan 6 Kalimat Ini ke Pasangan, Bisa Picu Pertengkaran

Kompas.com - 28/04/2022, 06:17 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Fatherly

KOMPAS.com - Banyak kalimat menyayat hati yang tanpa disadari kita ucapkan saat bertengkar dengan pasangan karena emosi sedang memuncak.

Walhasil, pasangan menjadi semakin kecewa atau sebaliknya pertengkaran semakin panas dan kita mendapat balasan berupa kata-kata makian.

Setiap pasangan tentu tidak ingin hubungannya tidak harmonis hanya karena masalah komunikasi. Untuk mencegahnya, kita harus berhati-hati saat berbicara dengan pasangan.

Kalimat yang wajib dihindari

Menjaga perkataan supaya telalu terkontrol tidak mudah. Jika belum tahu bagaimana caranya, cegah dengan tidak mengucapkan 6 kalimat di bawah ini kepada pasangan.

1. “Aku tidak mengatakan itu”

Terdengar biasa saja, tapi kalimat yang satu ini tidak baik kita ucapkan kepada pasangan.

Pasangan kita mungkin mengulanginya kembali pada saat atau hari berikutnya dan kita merespons dengan kalimat yang satu ini. Seolah-olah kita selalu benar dan orang lain salah.

2. “Saya mau cerai” atau "Saya akan pergi"

Mengungkapkan kalimat yang menandakan putusnya hubungan jelas harus dihindari apabila hubungan ingin langgeng.

Walau secara gamblang tidak mengatakan "pergi", bila kita benar-benar melakukannya maka hal ini adalah ancaman utama bagi hubungan.

Pasangan yang mendengar kita ingin pergi atau bercerai akan menganggapnya sebagai hal yang tidak baik.

3. “Saya bisa mendapatkan kebutuhan di tempat lain"

Ini adalah kalimat yang sangat melukai, karena kita mengatakan bahwa pasangan tidak sesuai atau tidak mampu.

Yang paling menyakitkan adalah mungkin pasangan sudah bekerja keras, mendukung, serta peduli dalam semua usaha tapi kita tidak menghargainya.

4. “Mengapa kamu berpikir ia bisa melakukan sesuatu?

Komentar pedas yang diucapkan kepada pasangan terkadang kedengarannya lucu. Tetapi, ini adalah penghinaan tentang penampilan atau kemampuan seseorang.

Itu biasanya diucapkan secara teratur dan menjadi hinaan verbal. Seiring waktu, harga diri turun dan pasangan kita mulai meragukan kemampuannya untuk membuat keputusan yang baik.

5. “Mengapa kamu melakukannya seperti itu?”

Kalimat ini mungkin terdengar biasa saja. Tapi, jika diucapkan dengan nada mengejek atau diucapkan berulang-ulang tentu kalimat ini bisa menjadi masalah.

"Anda bahkan tidak perlu mengucapkan kata-kata, 'Kamu bodoh', untuk membuat pasangan merasakannya, kata terapis keluarga Half Moon Bay, California, Michelle Joy.

6. “Kenapa kamu tidak bisa seperti…?”

Membanding-bandingkan pasangan saat beradu mulut memang kerap terjadi. Jika diucapkan, kita berarti mengomentari kekurangan pasangan.

Joy mengatakan, biasanya orang mencoba untuk melupakan masa lalunya dan apa yang kita ucapkan akan terbawa oleh pasangan ke masa depan.

Baca juga: Penyebab Putus yang Paling Menyakitkan

Tips menghindari kalimat menyakitkan

Adalah hal yang wajar apabila kita merasakan emosi. Tapi, jangan mencoba untuk memantik masalah menjadi semakin rumit.

Kita dengan pasangan perlu memiliki isyarat yang menandakan waktu untuk membicarakan masalah setelah salah satu atau keduanya tenang.

Joy menyarankan kita supaya meluangkan tiga menit untuk melampiaskan perasaan dan setelah waktunya habis kita harus berhenti merenung.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melampiskan kemarahan, mulai dari pergi ke luar, mendengarkan musik, olahraga, atau pernapasan dalam.

Ketika kembali ke beradu mulut, kita harus tahu kapan waktunya untuk kembali meminta jeda. Dengan begitu, kita bisa mengontrol sesuatu yang cepat terjadi menjadi lebih lambat.

Kemudian gunakanlah juga energi untuk mendengarkan dan memahami pasangan kita.

Untuk meredakan perselisihan, kita tidak harus berkata setuju. Tugas kita hanyalah memahami pasangan.

Jangan minta berpisah

Kalimat tentang perpisahan atau perceraian adalah tanda-tanda penghinaan, tapi bisa menjadi terapi yang membantu.

Kalimat tersebut sekilas terdengar seperti membenci. Padahal ada potensi memutuskan hubungan di baliknya.

Kita bisa tetap langgeng bersama pasangan dengan menemukan cara yang sesuai. Misalnya, : bermain, minum minuman favorit, atau menonton televisi sambil berpegangan tangan.

Cara mudah lainnya untuk menurunkan tensi adalah dengan saling menyapa.

Itu adalah cara yang mudah untuk mengakui bahwa kita bukan hanya dua orang yang tinggal di tempat yang sama.

Terkadang, bagi pasangan yang sudah berkeluarga, rumah menjadi asing karena suami-istri seolah-olah tidak saling mengenal.

Kita bisa mencoba cara lain seperti memeluk pasangan selama 20 detik. Durasi pelukan yang lebih lama dapat mencairkan suasana.

Yang terpenting, ingatlah bahwa apa pun yang kita perlu menekankan pada komunikasi yang sehat. Kemudian, kita juga disarankan mencari cara untuk mengendalikan stres.

Baca juga: 5 Tanda Pasangan Suami-Istri Butuh Konseling Pernikahan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Fatherly
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com